Saturday, June 21, 2008

Meliberalkan Islam Pasti Akan Gagal

Tags: 1000 dai DDII, agama, agama islam, ajaran jil akan musnah, aliran sesat, aliran sesat JIL, anti liberalisme, BAZNAS, islam, islam liberal, islam liberal bukan islam, jaringan iblis liberal, jil, jil di ujung tanduk, jil menanti ajal, jil perusak islam, kebatilan pasti hancur, liberal, runtuhnya jil, umat islam bersatu melawan JIL, umat islam makin pintar, umat islam sudah tahu kesesatan jil, yang haq dan yang batil

Namanya sudah dikenal dalam blantika pemikiran Islam Indonesia. Ia disegani oleh kawan sekaligus lawan pendapatnya. Argumentasinya yang logis dan penuturannya yang lugas menjadi ciri khas dari tokoh yang satu ini. Produktifitasnya dalam tulisan merupakan hal lain yang menjadikan identitasnya dikenal luas masyarakat. Adian Husaini, yang sekarang sedang merampungkan disertasi doktoralnya di ISTAC-IIU Malaysia, menyempatkan diri untuk diwawancarai oleh RISALAH seputar perkembangan terakhir pemikiran Islam. Melakukan liberalisasi terhadap Islam, menurutnya, pasti gagal. Karena Islam bukan agama seperti yang berlaku di Barat. Islam adalah agama wahyu, demikian ia menegaskan. Dan berikut uraian lebih lengkapnya.

Apa pengertian Islam Liberal itu?

Menurut mereka, Islam Liberal adalah Islam yang dinamis, progresif, mengikuti dinamika zaman, Islam yang tidak beku. Dengan kata lain, Islam yang mengikuti dinamika sejarah. Karena itu, kita akan mendapati definisi Islam Liberal yang bermacam-macam, karena batasannya pun tidak jelas, dan bisa berubah-ubah mengikuti zaman dan tempat.

Berasal dari manakah istilah tersebut?

Yang pertama kali menggunakan istilah liberal ditempelkan pada agama, setahu saya, Yahudi Liberal (Liberal Judaism), kemudian diikuti oleh Kristen Liberal, Islam Liberal, dan sebagainya.

Apakah istilah Islam Liberal adalah sebuah istilah yang tepat?

Menurut saya, tidak tepat. Karena Islam adalah agama wahyu yang sudah sempurna sejak awal (QS. 5 : 3). Islam tidak tunduk oleh dinamika sejarah. Islam bukan agama sejarah (historical religion) dan bukan agama budaya (cultural religion). Karena itu, mereka yang ingin meliberalkan Islam pasti akan gagal, meskipun berhasil memengaruhi sebagian kaum muslim.

Apa inti dari pemikiran Islam Liberal?

Intinya, mengubah ajaran Islam agar sesuai dengan zaman. Aqidahnya diubah, syariatnya diubah, dan sebagainya.

Apakah pemikiran tersebut berasal dari Islam?

Sebenarnya tidak. Jika kita tela’ah, banyak sekali ide-ide jiplakan dari kaum Yahudi dan Kristen, baik dalam soal pluralisme agama, dekonstruksi syari’at, penggunaan hermeneutika untuk menafsirkan kitab suci, dan sebagainya.

Sudah seberapa jauh dampak dari gerakan Islam Liberal di Indonesia?

Sudah parah. Jangan salah, kalau melihat Islam Liberal ini pada JIL saja. JIL ini baru “kemarin sore” dan statusnya hanyalah pengecer ide-ide liberal, dari sekian ratus pengecer lainnya. Tapi lihat pengaruh liberalisasi Islam pada kurikulum dan buku-buku studi Islam di Perguruan Tinggi. Sehingga sekarang, banyak sekali dosen, sarjana agama, bahkan profesor yang tidak sadar bahwa mereka sudah terkena virus liberal.

Dalam beberapa tulisan, Ustadz menjelaskan bahwa hampir semua studi Islam di Perguruan Tinggi sudah terkena virus liberal. Apa indikasinya dan bagaimana cara mengatasinya?

Saya sudah meneliti puluhan buku-buku Metodologi Studi Islam dari berbagai kampus. Salah satu indikasinya, memisahkan antara Islam normatif dengan Islam historis/aktual. Ini membuat Islam menjadi tidak satu. Juga, menempatkan studi Islam pada posisi netral terhadap kebenaran, memisahkan antara ilmu dengan akhlaq. Jangan heran, jika banyak skripsi, tesis, dan disertasi yang menyerang al-Qur`an, tetapi diluluskan dengan alasan ilmiah. Seharusnya, konsep ilmu dalam Islam tidak memisahkan antara ilmu dan akhlaq.

Kalau ada mahasiswa yang tidak shalat lima waktu, maka itu tidak layak diluluskan menjadi sarjana syari’ah. Kalau ada dosen yang kerjaannya mengawinkan pasangan beda agama, maka itu harus ada tindakan.

Adalah aneh, jika banyak yang belajar syari’at Islam, justru menjadi anti-syari’at. Banyak yang belajar ushuluddin, tetapi malah menyerang Islam. Inilah liberalisasi.

Apakah gerakan liberalisasi Islam termasuk dalam gerakan westernisasi Barat?

Ya memang intinya, liberalisasi itu ya westernisasi, karena liberalisasi agama merupakan respons terhadap tantangan hegemoni peradaban Barat dalam berbagai bidang, agar agama itu bisa diterima dan sesuai dengan nilai-nilai Barat. Yahudi Liberal itu adalah upaya untuk menjadikan agama Yahudi agar bisa kompatibel dengan peradaban Barat. Begitu juga Kristen Liberal, juga Islam Liberal.

Selama ini Ustadz dikenal sebagai penggiat gerakan counter Islam Liberal, apa yang melatarbelakangi hal itu?

Itu kewajiban setiap muslim untuk amar ma’ruf nahi munkar.

Bagaimana respons umat Islam Indonesia sampai saat ini terhadap gerakan Islam Liberal?

Karena sifatnya halus dan berupa serangan pemikiran, memang tidak mudah meyakinkan, bahwa ini masalah yang sangat serius. Alhamdulillah, sekarang sudah mulai terlihat, karena liberalisasi Islam di Indonesia sudah sampai pada tahap matang dan melampauai batas, misalnya sampai menyerang al-Qur`an dengan terbuka, menolak syari’at Islam dengan terbuka; membela aliran-aliran sesat, dan sebagainya. Banyak yang sekarang mulai sadar, bahwa liberalisasi Islam merupakan masalah yang sangat serius.

Apa yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam Indonesia dalam menghadapi tantangan terebut?

Mengerahkan segenap potensi untuk menghadapinya. Karena ini masalah pemikiran, maka yang harus disiapkan dalam hal ini adalah mengerahkan segenap potensi keilmuan dan pemikiran.

Bagaimana peta pertarungan umat Islam versus orang-orang liberal ke depan?

Akan semakin seru. Karena ke depan, akan semakin banyak kader-kder intelektual liberal didikan Amerika dan lain-lain yang pulang ke Indonesia. Mereka pintar-pintar, menguasai bahasa Arab, Inggris, dan juga menulisnya sangat bagus. Sebagian sangat piawai dalam bicara. Jadi, ini tantangan besar bagi umat Islam. Sekarang saja, sudah semakin banyak doktor dan profesor bidang al-Qur‘an yang aktif menyerang al-Qur‘an.

Apa harapan Ustadz kepada pemerintah, MUI, orpol dan ormas Islam mengenai isu ini?

Karena ini masalah besar, maka seluruh potensi umat harus bekerjasama.

No comments: