Thursday, June 26, 2008

SIAGA SATU UNTUK POLUSI UDARA DI INDONESIA

Istilah siaga satu di dunia militer identik dengan keadaan darurat. Begitulah juga keadaan pencemaran udara di Indonesia. Terutama di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Dari semua penyebab yang ada, emisi transportasi terbukti sebagai penyumbang pencemaran udara tertinggi di Indonesia, yakni sekitar 85 persen. Masalahnya, jumlah kendaraan bermotor di perkotaan bukannya menurun, tapi justru bertambah banyak. Akibatnya, mau-tak mau, kualitas udara di kawasan ini terus anjlok.

Bandung, contohnya, walaupun terkenal sebagai kota bunga yang dinaungi pepohonan rimbun, ternyata kadar timbalnya melebihi 2 mikrogram per meterkubik. Ini jelas sudah jauh lebih besar dari standar baku mutu yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia alias WHO (World Health Organization) yaitu tak boleh lebih dari 0,5 mikrogram per meterkubik. "Indonesia memang satu-satunya negara di Asia Tenggara yang belum bebas timbal. Jangan heran kalau tingkat polusi di sini menduduki ranking ketiga dunia," ungkap Budi Haryanto, SKM., MSPH., MSc., peneliti pada Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia.

EMISI PEMICU TIMBAL

Seperti diketahui, kadar emisi kendaraan merupakan pemicu meningkatnya kadar timbal (Pb) di udara. Nah, timbal-timbal yang beterbangan di udara tersebut, sekitar 85 persennya akan terhirup oleh manusia. Sisanya, 14 persen masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman dan air. Sedangkan 1 persennya masuk ke dalam tubuh melalui kulit.

Jika masuk ke dalam tubuh, zat aditif ini akan merusak pembentukan sel-sel darah merah yang jelas dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Pada anak-anak, misalnya, bisa terjadi anemia.

Memang, di masa pertumbuhan sel-sel darah merah terus diproduksi. Namun, karena masuknya timbal akan merusak sel darah merah, maka jumlahnya makin lama makin berkurang dan akhirnya anak menderita anemia.

Timbal yang masuk ke dalam tubuh juga akan merusak sel-sel darah merah yang mestinya dikirim ke otak. Akibatnya, terjadilah gangguan pada otak. Hal yang paling dikhawatirkan, anak bisa mengalami gangguan kemampuan berpikir, daya tangkap lambat, dan tingkat IQ rendah. Dalam hal pertumbuhan fisik, keberadaan timbal ini akan berdampak pada beberapa gangguan, seperti keterlambatan pertumbuhan dan gangguan pendengaran pada frekuensi-frekuensi tertentu.

Pada orang dewasa, timbal dapat mempengaruhi sistem reproduksi atau kesuburan. Zat ini dapat mengurangi jumlah dan fungsi sperma sehingga menyebabkan kemandulan. Timbal juga mengganggu fungsi jantung, ginjal, dan menyebabkan penyakit stroke serta kanker.
Ibu hamil akan menghadapi risiko yang tinggi jika kadar timbal dalam darahnya di ambang batas normal. Timbal ini akan menuju janin dan menghambat tumbuh-kembang otaknya. Risiko lain adalah ibu mengalami keguguran.

Yang perlu diketahui, timbal layaknya musuh dalam selimut. Awalnya, kadar timbal yang tinggi dalam darah tidak akan menunjukkan gejala penyakit. Dampak baru muncul dalam jangka panjang. "Kelihatannya anak akan sehat-sehat saja. Namun kalau diperiksa darahnya, akan terlihat kadar timbal dalam darah yang tinggi," papar staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI.

PENELITIAN DAMPAK TIMBAL

Sudah banyak studi yang dilakukan berkaitan dengan pencemaran timbal. Pada tahun 2001 anak-anak pernah dijadikan sampel riset dampak timbal. Dari sampel darah sebanyak 400 yang diambil dari siswa SD kelas II dan III di Jakarta, hasilnya sekitar 35 persen sampel ternyata memiliki kadar timbal dalam darah di atas normal. Angka ini berarti melebihi ambang batas kadar timbal pada tubuh anak-anak yang ditetapkan CDC (Center for Deseases Control and Prevention) yang hanya 10 mikrogram per desiliter.
Penelitian yang tak jauh berbeda digelar di Bandung. Dari 10 sampel murid SD Kebon Kelapa, ternyata 8 anak memiliki kadar timbal pada darah di atas ambang batas. Sementara lima di antara 20 anak yang dijadikan contoh penelitian di SD Banjarsari dinyatakan memiliki kadar timbal dalam darah yang termasuk kategori tinggi. Bahkan, ada yang mencapai lebih dari 20 mikrogram per desiliter, yang artinya dua kali lipat dari ambang batas normal.

Beberapa riset sengaja dilakukan secara berkesinambungan untuk melihat kecenderungan menurun atau meningginya kadar timbal di kota-kota besar di Indonesia. Yang terbaru adalah Mei 2004 lalu. Penelitian dilakukan selama 1 bulan dengan mengambil 200 sampel darah anak SD kelas III dan IV, dari 28 SD di Jakarta Utara dan Selatan. Hasilnya memang belum selesai digarap. Namun, jika menilik penelitian sebelumnya yang dilaksanakan pada tahun 2003, kadar timbal di udara Jakarta sudah turun menjadi 0,2 miligram per meter kubik udara. Ini jika dibandingkan tahun 2001 yang mencapai 1,7 sampai 3,5 miligram per meter kubik udara. Jadi sudah turun sekitar 10 kali lipat dari angka tahun 2001.

Rencananya, di tahun 2005 juga akan dilakukan penelitian pada 200 anak SD.
Penelitian ini dilakukan Pusat Penelitian Kesehatan UI bekerja sama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency), DEMS (Desentralized Environtmental Management System) dan USAEP (United State Asia Environtmental Partnership).

MENANTI KEBIJAKAN

Lalu, adakah upaya untuk mengurangi kadar timbal di udara? Menurut Budi, tak ada cara lain kecuali menggunakan bensin tanpa timbal. Dalam hal ini, pemerintahlah yang berwewenang menentukan kebijakan penghapusan bensin bertimbal. Di Indonesia baru beberapa kota yang sudah mengampanyekan bensin tanpa timbal. Di antaranya adalah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Kampanye serupa juga dilakukan di Cirebon, Surabaya dan Batam pada tahun 2003. Sayangnya, kebijakan ini belum diterapkan secara nasional.

Menurut Budi, Indonesia sebenarnya dapat mencontoh "keseriusan" negara-negara tetangga dalam mengampanyekan bensin tanpa timbal. India, umpamanya, hanya dalam hitungan satu tahun sudah bisa mengganti bensin bertimbal. Sedangkan Thailand butuh 2 tahun untuk menjadi negara bebas timbal. "Masyarakat di sini masih saja menanti kebijakan pemerintah."
Diambil dari www.tabloid-nakita.com

17 siswi SMA sepakat hamil bersama

Aparat di negara bagian Massachusetts, AS, tengah menyelidiki 17 remaja putri di satu sekolah yang bersepakat untuk hamil bersama-sama. Jumlah ini empat kali lipat jumlah tahun sebelumnya di Gloucester High School.

Beberapa laporan menyebutkan sebagian dari anak-anak muda, yang tidak satu pun berumur lebih dari 16 tahun, berikrar untuk memiliki anak secara bersamaan. Para remaja dan keluarga mereka belum mengeluarkan pernyataan. Sementara itu, pejabat setempat juga menyelidiki umur ayah bayi dalam kandungan para remaja tersebut. Sebagian diyakini berusia 20-an dan bisa terancam didakwa berhubungan seks dengan anak di bawah umur.

Saat para siswa Gloucester High School menikmati liburan musim panas, pejabat, orang tua dan seluruh masyarakat harus menerima statistik yang sangat mengejutkan ini. Sebanyak 17 siswa remaja meninggalkan gerbang sekolah dalam keadaan hamil. Yang lebih merisaukan adalah bahwa sebagian staf sekolah yakin jumlah itu bukan kebetulan.Para pejabat lokal menyatakan, hampir setengah dari para remaja itu mengadakan kesepakatan untuk hamil bersama. Kepala sekolah mengatakan, beberapa siswa berulang kali mengikuti uji kehamilan dan tampak kecewa ketika mereka mendapati mereka tidak hamil. Sekolah yang memiliki 1.200 siswa itu mengadakan 150 tes kehamilan dalam satu tahun terakhir. [BBC]

Video perempuan muslim dimasuki roh

Roh lain itu dipaksa keluar. Sekelompok lelaki dan perempuan membacakan ayat suci.

Dalam video YouTube ini terlihat punggung si perempuan ditepuk-tepuk untuk mengusir roh yang merasuki tubuhnya. “Kamu keluar! Keluar!” kata seorang lelaki.

Tidak! Tidaaakkk!” sahutnya.

Kamu harus berjanji tidak akan lagi mengganggu tubuh perempuan ini, dan kalau kamu Islam maka bertobatlah.”

Sejumlah pengunjung situs YouTube berkomentar bahwa mereka tidak percaya apa yang terlihat dalam video dan menyebutnya sebagai rekayasa.

Tonton video wanita muslim kerasukan roh

[Klik judul artikel di atas untuk menonton videonya]

Dua pertanyaan tanpa jawaban, soal Tuhan

Aku tidak terlalu suka membaca Alkitab dan Alquran, tapi kalau kau bisa menunjukkan padaku kitab agama mana yang menerangkan asal-muasal Tuhan, katakanlah, supaya aku menjadi tahu.” Kawanku membalas: “Kau mungkin kafir. Jangan bikin pertanyaan menyesatkan.” Ini dua pertanyaan tua, bisakah kau menjawabnya?

Balige; Blog Berita; Jarar Siahaan

Dalam semua agama, Tuhan diyakini sebagai Yang Maha Kuasa. Kekuasaan Tuhan tak terbatas. Dia tahu apa yang tidak diketahui manusia; Dia melihat apa yang tidak dilihat manusia; Dia mampu mengerjakan apa yang tidak mampu diperbuat manusia. Dia disebut Yang Maha Kuasa.

Tapi tidak sedikit orang sejak dahulu yang senantiasa “protes” dan mencari tahu apakah memang benar Tuhan itu ada dan maha-kuasa. Dari sekian banyak “gugatan” terhadap keberadaan Tuhan yang pernah kudengar, ada dua pertanyaan yang kusukai. Aku suka kedua pertanyaan ini karena aku belum bisa menjawabnya hingga hari ini.

1. Dari mana asal Tuhan, apakah Dia tiba-tiba ada?

Kalau ditanya mana duluan telur atau ayam, kujawab ayam, karena memang Tuhan pada mulanya menciptakan ayam, bukan telur. Kalau ditanya siapa yang menciptakan manusia, matahari, udara, api, air, tanah, dan semua planet, pasti kujawab Tuhan.

Kalau ditanya dari mana asal-muasal Tuhan, apakah Dia tiba-tiba ada, pernah kujawab pada seorang kawan: Aku tidak tahu.

Lalu dia berkata: Apakah agama yang dulu kaupeluk [Kristen] dan yang sekarang [Islam] tidak menjelaskan secara pasti siapa yang menciptakan Tuhan dan dari mana Dia berasal?

Kujawab: Aku tidak terlalu suka membaca Alkitab dan Alquran, tapi kalau kau bisa menunjukkan padaku kitab agama mana yang menerangkan asal-muasal Tuhan, katakanlah, supaya aku menjadi tahu.

Ternyata temanku itu tidak bisa menunjukkannya.

2. Mampukah Tuhan menciptakan sebuah benda yang sangat berat yang Dia sendiri tidak sanggup mengangkatnya?

Kalau dijawab Tuhan mampu menciptakan benda yang sangat berat yang Dia sendiri tidak sanggup mengangkatnya, berarti Tuhan tidak maha-kuasa — mengapa Dia tidak cukup kuat mengangkat benda itu.

Kalau dijawab Tuhan tidak mampu menciptakan benda berat tersebut, berarti Tuhan pun tidak maha-kuasa — mengapa Dia tidak bisa menciptakan benda terberat di dunia.

Aku sudah beberapa kali mengajukan kedua pertanyaan ini kepada kawan-kawanku, dan umumnya mereka tidak bisa menjawab. Beberapa kawan berkata: Itu rahasia Tuhan, hanya Tuhan yang tahu, kau jangan bikin pertanyaan menyesatkan, mungkin benar kau termasuk kafir, mungkin kau ateis, ketahuilah bahwa manusia tidak sanggup melihat Tuhan, sepintar-pintar manusia takkan tahu siapa sesungguhnya Tuhan dan di mana tempat untuk menemukan-Nya.

Satu-dua kawanku yang mengaku mampu menjawab, berkata, jawaban untuk pertanyaan pertama adalah “Tuhan tidak diciptakan oleh siapapun, pokoknya Tuhan adalah yang pertama dan terakhir,” sementara jawaban kedua ialah “Tuhan mampu menciptakan apapun, pokoknya tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, titik.”

Mendengarnya, aku tersenyum. “Pokoknya…, pokoknya….” [blogberita.net]

Lidah terpanjang Annika Irmler-Stephen Taylor

Pemegang rekor lidah terpanjang di dunia beralih dari Annika Irmler ke Stephen Taylor. Lidah Annika, remaja Jerman, sepanjang 7 cm. Lidah Stephen, warga Inggris, 9,5 cm.

foto-lidah-terpanjang-stephen-taylor-dan-annika-irmler Lidah terpanjang Annika Irmler-Stephen TaylorKira-kira, apabila kedua lidah terpanjang ini “diadu-domba” atau “dilaga-kambing”, lidah siapakah yang paling kuat? Yang pasti bukan lidah selebriti Viky Sianipar si domba tersesat atau partai kambing hitam.

Kabarnya lidah adalah otot terkuat pada tubuh manusia.

Sumber dan foto: BBC, Guinness World Records



Tuesday, June 24, 2008

Belajar Sambil Bermain di Alam Bebas

SD Mangunan

YOGYAKARTA -– Bisa jadi Sekolah Dasar Mangunan merupakan yang terunik di wilayah Kota Pelajar Yogyakarta. Di SD ini tidak diajarkan mata pelajaran agama, dan proses belajar mengajarnya pun bisa di mana saja.
Di dalam ruangan, di sawah, di sungai, di bawah naungan rindang pohon, atau malah di jalanan kampung. Bahkan ruang kelasnya pun bukan di kelas umum yang bersegi empat, namun justru di pendapa rumah penduduk.
Maklum saja, sekolah itu memang menyewa empat rumah penduduk di sana. Keanehan itu masih akan bertambah lagi. Misalnya, tempat duduk dan meja di ruangan kelas bisa diubah setiap saat. Bukan berderet dan berjajar seperti sekolah lainnya, tapi benar-benar bebas sesuai selera dan mata pelajaran yang sedang diajarkan. Bisa berbentuk ladam kuda, bisa pula berkelompok. Itulah Sekolah Dasar Kanisius Mangunan, yang kemudian lebih dikenal dengan SD Mangunan.
Terletak di Dusun Mangunan, Desa Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, sekitar 12 kilometer di sisi timur Kota Yogya, SD itu merupakan bentuk dan metode pendidikan obsesi almarhum Romo YB Mangunwijaya, seorang rohaniwan Katholik. Di SD ini Romo Mangun - begitu sapaan akrabnya di kala masih hidup - berusaha memadukan unsur proses bina religiositas, budi luhur, pencerdasan, serta semangat kerja nyata.
Apa kata Romo Mangun kala itu ketika menyatakan tidak perlu pendidikan agama secara resmi di SD Mangunan tersebut? Menurut Siswandi, salah seorang guru SD Mangunan yang telah mengajar lima tahun kepada SH pada Kamis (2/5), Romo Mangun memang menuntut anak-anak memiliki pendidikan dasar keimanan, sebab iman merupakan dasar dari semua agama.
Menurut pandangan Romo Mangun, orang yang beriman tentu beragama; namun mereka yang mengaku beragama belum tentu beriman. ”Oleh karena itulah di sini tidak ada pelajaran agama. Yang selalu kami gelar adalah komunikasi iman”, ujarnya.

Soal keimanan itu, maka yang diajarkan adalah seputar pengalaman hidup sehari-hari yang berhubungan dengan tingkah laku yang benar, budi pekerti, dan kerukunan umat beriman. ”Pengalaman mereka berdialog dengan rekan, orangtua, dan tetangganya didialogkan dengan teman-teman sekelas di sini,” kata Siswandi.
Siswandi yang mengajar kelas V menuturkan, anak-anak didiknya sering diajak keluar kelas dan belajar langsung di alam terbuka. ”Apa saja yang kami temui di sana dapat kami diskusikan. Tentu saja semua berhubungan dengan mata pelajaran yang sedang kami bahas,” katanya.
Untuk memacu kebebasan berpikir dan kreativitas, anak-anak usia SD itu selalu diminta untuk membuat semacam ”laporan” hasil pengamatan mereka. Laporan itu pun didiskusikan di antara mereka dan kemudian membuat kesimpulan.
Untuk menumbuhkan jiwa seni, pihak sekolah juga mengundang sejumlah seniman kondang dari Yogya. Dulu, sewaktu jadwal Butet Kartaredjasa belum sibuk, ia sering datang ke sekolah ini untuk mengajari anak-anak bercerita kisah-kisah menarik.
Kini sekolah itu masih mengundang penyair Wani Darmawan maupun Cak Agus Aceh untuk mengajari anak-anak membaca puisi dan membuat syair. Bahkan secara periodik siswa itu juga diajak ke Rumah Seni Senthong.
Kurikulum Gado-gado
SD Mangunan itu semula nyaris dibubarkan karena kekurangan murid sebagai salah satu akibat keberhasilan program Keluarga Berencana. Akan tetapi Romo YB Mangunwijaya kemudian meminta sekolah itu untuk tetap diteruskan sebagai SD Percobaan Mangunan. Ranting Dinas P&K Kecamatan Berbah, Sleman mengizinkan.
Sekolah itu dikelola Romo YB Mangunwijaya mulai tahun ajaran 1994/1995 di bawah sebuah lembaga yang diberi nama Pendidikan Dasar Eksperimental Mangunan (PDEM). Lembaga itu beraliansi dengan Yayasan Kanisius, Grasindo dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG), dan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar yang didirikan Romo Mangun.
Dalam menerapkan kurikulum belajar-mengajar di SD Mangunan ini akhirnya memang berbeda dengan sekolah yang lain. Meskipun tetap mengacu pada kurikulum pemerintah, namun ada pengembangan-pengembangan dengan metode pendidikan yang cukup modern meski tetap berpijak pada akar budaya lokal. ” Kurikulum dari pemerintah tetap kami pakai sebab itu merupakan kurikulum dasar. Sejalan dengan desentralisasi, kami diberi kebebasan untuk menjalankan kurikulum itu menurut selera di sekolah,” tutur Susana Endang Cahyani, guru Bahasa Inggris sekaligus coordinator kurikulum.
SD Mangunan itu kini memiliki 46 siswa. Ketika Romo Mangun meninggal dunia, sekolah ini sempat tidak menerima siswa kelas satu selama dua tahun. Kemudian kembali sekolah itu menerima siswa lagi. Bisa dimengerti jika pada tahun 1999 jumlah siswa mencapai 72 murid, kini tinggal 46 dikarenakan ada masa kosong dua tahun tersebut.
”Tujuan Romo Mangun dengan system pengajarannya itu adalah agar para siswanya memiliki jiwa kritis, kreatif, dan berani bertanya. Di sini, guru merupakan guru sejati, bukan pawang. Kami menjadi guru, teman, dan sahabat. Ada konsep ‘ajrih-asih’ dari Romo Mangun. Guru itu memang harus disegani, ditakuti, tapi harus welas asih,” ujar Endang.
Soal prestasi akademik, SD Mangunan masih bertengger di 10 besar dari 29 SD di Kecamatan Berbah jika dilihat dari hasil Ebtanas tahun 2001. Dari 11 lulusan kelas VI, lima anak diterima di SLTP Negeri, sementara lainnya meskipun bisa masuk ke negeri, tetapi memilih tetap di SLTP swasta dengan alasan tersendiri.

Konsep Homo Ludens
Dalam menerapkan sistem belajar mengajar, Romo Mangun membuat konsep dasar homo ludens. Artinya, manusia yang bermain. Dengan metode tersebut rohaniwan ini menginginkan agar anak-anak dapat belajar secara langsung berdasarkan pengalaman hidup sehari-hari, tanpa meninggalkan sifat si anak, yaitu bermain. ” Anak didik kami di sini berusaha menyerap ilmu secara langsung dari pengalaman sehari-hari,” kata Endang.
Beberapa pelajaran di sana juga agak aneh jika dibandingkan sekolah umum lainnya. Lihat saja ada pelajaran ”Kotak Pertanyaan” dan ”Bacaan Bagus”. Dalam ”Kotak Pertanyaan”, para murid diberi kertas kecil yang kemudian diisi dengan berbagai pertanyaan yang ditemui sehari-hari.
Caranya, mereka menguraikan masalahnya terlebih dulu, baru kemudian bertanya. Sebagai contoh, ada seorang siswa yang menceritakan kenapa para tukang kayu setiap menyambung kayu tidak dengan paku, tetapi justru dipasak dengan bambu. Ada lagi yang menceritakan soal kehidupan belut. Mengapa belut bisa bernafas di dalam Lumpur, sementara ikan tidak? Semua pertanyaan itu kemudian dilemparkan kembali kepada para siswa untuk menjawabnya. Jika dalam dialog para siswa ternyata belum menemukan jawabnya, maka tugas guru yang menjelaskan.
Sementara untuk pelajaran ”Bacaan Bagus”, para murid diminta membaca sebuah bacaan yang menarik, biasanya tentang ilmu pengetahuan. Isi bacaan itu kemudian dibahas bersama dengan duduk berkelompok, saling berhadapan, dan guru hanya memandu diskusi anak-anak usia SD itu.
Di sekolah itu juga banyak disimpan alat-alat permainan simulasi yang berhubungan dengan pelajaran matematika, seperti perkalian, menghafal rumus, dsbnya. Alat-alat itu ada yang dibuat oleh guru, ada pula yang berasal dari Jerman dan Belanda. ” Yang penting, anak-anak di sini tidak takut dengan pelajaran matematika, IPA, maupun Bahasa Inggris. Semua diajarkan dengan suasana bermain yang menggemberikan,” kata Endang.
Pelajaran bahasa Inggris misalnya, anak-anak sering diajak keluar kelas untuk melihat alam sekitarnya. Bahkan di dalam kelas, Endang pun berusaha memacu anak-anak untuk berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Sementara untuk matematika, mereka menggunakan metoda dan buku-buku dari Belanda seperti ”PLUS PUN”.
Dalam pelajaran Bahasa Inggris di Kelas VI, misalnya, setiap siswa diminta membaca dengan jelas setiap kosa kata bahasa Inggris tersebut. Meski masih terbata-bata, Yuli pun berusaha mengucapkan bacaan Bahasa Inggris tersebut tanpa takut salah, apalagi malu.

Berdinding Gedeg
SD Mangunan adalah sekolah yang amat sederhana. Karena menyewa empat rumah penduduk, dindingnya pun setengah tembok, separo gedeg dari anyaman bambu. Rumah itu sejak 1994 disewa untuk masa waktu sembilan tahun. Namun sejak 2001 lalu sewa rumah itu bisa diperpanjang hingga 15 tahun ke depan. Oleh karena itu, ada sebuah rumah yang dibuat agak permanen dengan ditembok. Kini sedang dikerjakan oleh para tukang.
Soal besarnya SPP, setiap bulan rata-rata tiap siswa ditarik Rp 4.000. ” Namun ada juga siswa yang gratis karena disumbang oleh orang lain secara personal. Jadi semacam beasiswa, bukan karena prestasi akademiknya, namun lebih melihat pada kemampuan ekonomi orangtuanya,” kata Endang.
Asal keluarga para siswa di sekolah itu pun sebagian besar dari kalangan ekonomi lemah. Para orangtua mereka adalah buruh tani, sopir angkutan, pedagang sayur di pasar. ” Yang tergolong kalangan menengah ke atas bisa dihitung dengan jari,” ujar Endang.
Hal itu diakui oleh guru kelas I Ch Rupini dan Ch Sri Siwiyanti. Salah seorang anak didiknya adalah putri dari seorang pedagang sayur. Akan tetapi ada juga siswa yang harus membayar Rp 9.000 per bulan karena ia dianggap dari kalangan orang yang berekonomi lebih baik.
Dan untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2002, memang di sana digelar upacara, namun lebih bersifat serenomonial belaka. ” Anak-anak baru belajar upacara bendera pagi ini tadi,” ujar seorang guru. Hal itu berbeda dengan sebuah SD Negeri yang berjarak sekitar 500 meter dari SD Mangunan. Di sana digelar upacara resmi, lengkap dengan spanduk ” Memperingati Hardiknas 2002”.
Dari kasus itu bisa ditarik kesimpulan sementara dalam memaknai Hardiknas. Ada yang langsung mengambil makna pendidikan secara langsung, namun ada pula yang masih dibebani dengan segala tetek-bengek upacara resmi.
Hanya saja, beberapa sekolah negeri di Yogya, begitu upacara Hardikas usai, para siswa langsung meliburkan diri dan mereka ada yang ngeluyur ke warung internet untuk chatting. Di SD Mangunan, mereka masih sibuk belajar. (SH/Suherdjoko) sinar harapan



Tumbuhkan Kecintaan Anak Akan Alam


Bermain adalah hal yang paling disukai oleh anak dan menjadi fitrahnya. Beragam permainan menjadi pesona dan daya tarik anak, baik itu permainan yang dilakukan di dalam ruangan maupun diluar ruangan. Namun, pernahkah terbesit dalam benak dan pikiran Anda selaku orangtua untuk mengajak putra-putri bermain sambil belajar?.

Seperti bermain outbound,bercocok tanam,beternak,belajar mencuci baju, bermain sepakbola, menggambar bahkan berwiraswasta. Ada sekelompok anak yang sedang asyik bermain sepakbola, belajar mencuci baju, outbond. Walaupun tampak kotor, anak-anak terlihat senang. Mereka bukan hanya bermain saja, melainkan juga sedang bersekolah, sekolah alam tepatnya. Cara belajarnya pun berbeda dengan sekolah umum lainnya sesuai dengan namanya, anak-anak coba didekatkan dengan alam. Suasana dan sarana sekolah alam memang dirancang untuk menempa kecerdasan natural anak. Namun bukan mustahil sekolah biasa menjadikan anak didik juga mencintai lingkungan.

Apa Sih Sekolah Alam?

Semakin modernnya kota-kota besar, tak jarang banyak anak-anak zaman sekarang seolah asing dengan lingkungan alamnya sendiri. Misalnya saja nasi, mereka tahu nasi menjadi makanan pokok dan berasal dari padi, tapi mereka tak memahami bagaimana proses menanam padi, menuai hingga mengolahnya menjadi bulir-bulir beras sebelum kemudian ditanak menjadi nasi. Ironi memang, berangkat dari keprihatinan akan kondisi pengetahuan dan wawasan anak-anak tentang alam, kini banyak berbagai sarana baru ditawarkan sekolah-sekolah yang menamakan dirinya ’Sekolah Alam’. Sekolah semacam ini tak hanya dilengkapi laboratorium dan perangkat komputer, tapi sekolahnya sendiri ditata menjadi bagian dari alam terbuka, ruang-ruangnya terbuat dari saung daun kelapa dan ijuk. Pohon-pohon rindang dibiarkan tumbuh di hampir seluruh sudut sekolah, lengkap dengan berbagai sarana eksplorasi seperti rumah pohon, climbing, lapangan bola dan flying fox.

Menurut Efriyani Djuwita,M.Si seorang psikolog Perkembangan Anak dan staf pengajar Fakultas Psikologi UI, Sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa didiknya. Tidak seperti sekolah biasa yang lebih banyak menggunakan metode belajar mengajar di dalam kelas, para siswa belajar lebih banyak di alam terbuka. Di sekolah alam metode belajar mengajar lebih banyak menggunakan aktif atau action learning dimana anak belajar melalui pengalaman (red- dimana anak mengalami dan melakukan langsung) . Dengan mengalami langsung anak atau siswa diharapkan belajar dengan lebih bersemangat, tidak bosan, dan lebih aktif. Penggunaan alam sebagai media belajar menurut psikolog yang akrab disapa Ita ini diharapkan agar kelak anak atau siswa jadi lebih aware dengan lingkungannya dan tahu aplikasi dari pengetahuan yang dipelajari. Tidak hanya sebatas teori saja.

Efriyani Djuwita,M.Si juga mengatakan bahwa bisa dibilang konsep sekolah alam adalah konsep belajar aktif, menyenangkan dengan menggunakan alam sebagai media langsung untuk belajar. Jika dibilang Sekolah Alam mengacu pada pendidikan montesorri mungkin tidak bisa dibilang mengacu seratus persen. Namun ada beberapa dasar-dasar metode pendidikan montesorri yang menurutnya, juga diterapkan dalam Sekolah Alam. Baik Montesorri dan Sekolah Alam berusaha menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan, dimana atmosfer belajar tidak menegangkan, komunikasi antara guru dan siswa juga hangat dan juga mementingkan pada active learning dimana siswa tidak berfokus pada buku-buku pelajaran saja tapi mengalami langsung apa yang mereka pelajari, bisa lewat percobaan, observasi dan lain sebagainya. Hanya sekolah alam lebih memanfaatkan alam sebagai media untuk siswa belajar langsung, sementara dalam pendidikan montesorri, material yang digunakan bisa tidak disediakan di alam, namun bisa berupa material yang memang didesign khusus untuk membantu siswa belajar.

Kelebihan sekolah alam dibandingkan sekolah biasa, menurut psikolog yang mengambil S2 nya di UI ini, sekolah alam membuat anak tidak terpaku hanya pada teori saja. Namun mereka dapat mengalami langsung pengetahuan yang mereka pelajari di alam. Karena diakui saat ini sekolah-sekolah biasa lebih banyak menggunakan sistem belajar mengajar konvensional dimana guru menerangkan, siswa hanya mendapat pengetahuan dengan mengandalkan buku panduan saja, dan siswa jarang diberikan kesempatan untuk mengalami langsung atau melihat langsung bentuk pengetahuan yang mereka pelajari. Di sekolah alam, biasanya aturan yang diberlakukan tidak seketat sekolah biasa dimana siswa harus duduk mendengarkan gurunya atau mendapatkan hukuman jika tidak mengerjakan tugas.

Menurut Dasayoga Isbanu Jaya selaku ketua yayasan dan praktisi pengajar di sekolah alam Ciganjur, sekolah alam adalah sebuah impian yang jadi kenyataan bagi mereka yang mengangankan dan menginginkan perubahan dalam dunia pendidikan. Lebih lanjut Yoga menjelaskan bahwa yang diharapkan tidak sekedar perubahan sistem, metoda dan target pembelajaran melainkan paradigma pendidikan yang akan mengarah pada perbaikan mutu dan hasil dari pendidikan itu sendiri.Senada dengan Yoga, Hendra Setiawan selaku Management Kandank Jurank Doank juga mengamini bahwa sekolah alam dapat menjadi alternatif sekolah yang bisa membawa anak menjadi lebih kreatif, berani mengungkapkan keinginannya dan mengarahkan anak pada hal-hal yang positif.

Sistem Pendidikan Yang Beda

Di sekolah alam, jarang atau bahkan tidak menerapkan sistem pemberian PR (Pekerjaan Rumah),sebenarnya pada pendidikan konvensional (Sekolah biasa) pemberian PR asal proporsi dan tujuannya tepat dapat melatih anak juga untuk bertanggung jawab dengan tugas yang mereka miliki. Di sekolah alampun pengajaran tentang tanggung jawab dan disiplin diri diajarkan, misalnya saja dalam bentuk antrian baris saat akan mencuci tangan, bekerjasama dengan teman sebaya dalam mengerjakan tugas. Mungkin cara dan kegiatannya yang berbeda. Efriyani Djuwita,M.Si menjelaskan lebih lanjut mengenai sistem pendidikan sekolah alam yang banyak manfaatnya. Sekolah alam mengajarkan siswa belajar tidak hanya berdasarkan atau mengandalkan text book, tapi juga belajar aktif. Belajar dengan aktif dengan situasi, kondisi, komunikasi antara siswa dan guru yang menyenangkan tentunya diharapkan akan memberikan motivasi belajar yang besar untuk siswa dan menumbuhkan minat akan apa yang dipelajari. Situasi belajar yang menyenangkan, dukungan komunikasi yang hangat antara guru dan siswa memudahkan anak dalam beradaptasi dan memahami dirinya sendiri.

Kurikulum Dan Biaya Yang Beda

Jika berbicara tentang sekolah tak terlepas dari kurikulum yang ada dan ditetapkan pemerintah, berbeda dengan sekolah konvensional. Menurut Yoga, sekolah alam memiliki kurikulum yang berbeda, jikapun menggunakan kurikulum pendidikan biasanya dilakukan penyesuaian saja, hal senada juga dilontarkan Hendra. Menurutnya sekolah alam yang dirintis oleh Dik Doank bahkan tidak menggunakan kurikulum, sebab sekolah alamnya mengajarkan anak untuk menggali potensi dirinya tanpa harus menjadi beban sang anak dengan sekolahnya.

”Jika inti tujuan atau sasaran sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, metode belajar aktif di alam ini akan banyak membantu siswa menyerap pelajaran atau proses pengajaran yang diberikan,”terang Ita. Dalam memberikan pendidikan bagi anak, orangtua biasanya akan memberikan yang terbaik buat putra-putrinya. Orang tua tak peduli dengan besarnya biaya pendidikan anak. Untuk sekolah alam biaya pendidikan jauh berbeda dengan sekolah konvensional pada umumnya. Untuk biaya pendidikan sekolah alam bagi anak perorangnya, orang tua harus merogoh kocek antara 300 ribu hingga 500 ribu rupiah. Namun, ada juga sekolah alam yang gratis seperti sekolah alam Kandank Jurank Doank, syaratnya siswa atau anak tidak boleh membuang sampah sembarangan dan mau mengisi formulir yang diberikan oleh pengelola.

Respon Positif Orangtua

Sikap orangtua akan adanya sekolah alam umumnya menyambut positif dan baik. Rieke misalnya, ibu rumah tangga yang tinggal berdekatan dengan sekolah alam Kandank Jurank Doank ini mengantarkan putranya yang baru berusia 3 tahun untuk gabung bersama di sekolah alamnya Dik Doank. Hal senada pun disampaikan oleh Yoga, bahwa sejauh ini sikap orangtua siswa sangat atusias, bahkan saat pendaftaran ada siswa yang tidak diterima karena terbatasnya kuota, orangtua bahkan ada yang sampai menangis segala,” jelas pria alumnus STAN,Jakarta.

Efriyani Djuwita,M.Si menyarankan ada baiknya kalau sikap orangtua terhadap anak mereka yang sekolah di sekolah alam , perlu juga melatih membawa anak mengalami atau melakukan kegiatan langsung berhubungan dengan pengetahuan yang mereka pelajari. Jadi tidak hanya di sekolah saja, namun kegiatan ini perlu dilakukan pula dalam setting rumah. Sehingga anak semakin terbiasa untuk belajar aktif, dan termotivasi untuk tau banyak lagi. Dan yang pasti, anak menjadi lebih cinta akan alam dan lingkungan tempat mereka berada, serta tau bagaimana alam memberikan pelajaran berharga akan kehidupan pada mereka. ISMAYANTI

makalah

PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SALAH SATU
SARANA PENDIDIKAN PENUNJANG
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM)
Disusun sebagai Tugas akhir pelatihan Jardiknas 2008
di seluruh Indonesia
Oleh:
KUSWANTORO
E-Mail : kuswantoro.wawan@yahoo.co.id
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
DINAS PENDIDIKAN
SDN SUKABUMI I KOTA PROBOLINGGO
Jl. Dr. Moch. Saleh No. 36 Probolinggo (0335) 423068
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas Ridho dan karuniaNya, penulis diberi kesempatan dan kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Kedua kalinya Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad S.A.W yang telah memberi petunjuk bagi kita sehingga kita menuju jalan
yang benar Amien.
Dalam hal ini penulis dapat berterima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
kelancaran penyusunan makalah ini kepada :
1. Ibu Dra. Niniek Sudarmi selaku Kepala SDN Sukabumi 1 Kota Probolinggo
yang telah memberikan segala bantuan dan dukungan hingga terselesainya
pembuatan makalah ini.
2. Bapak Suradi selaku Penanggung Jawab perpustakaan SDN Sukabumi 1 Kota
Probolinggo atas segala fasilitas dan bantuannya.
3. Bapak ketua penyelenggara Jardiknas 2007 Kota Probolinggo
4. Para tutor Jardiknas 2007 Kota Probolinggo
5. Rekan – rekan peserta Jardiknas 2007 Kota Probolinggo, terima kasih atas segala
bantuannya.
6. Serta tak lupa untuk Guru-guru SDN Sukabumi 1 yang telah mendukung dan
mensuport saya.
Demikian pembuatan makalah ini, semoga bermanfaat bagi banyak pihak, kritik
serta saran yang membangun selaku penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Probolinggo, 24 Januari 2008
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan ........................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Arti Perpustakaan ............................................................................ 3
2.2 Fungsi Pepustakaan ......................................................................... 3
2.3 Fungsi Manajemen .......................................................................... 4
BAB 3 PENUTUP ............................................................................................ 5
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 5
3.2 Saran ............................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 6
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koneksi buku dan
majalah. Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun
perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan
dioperasikan oleh sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah
kota/insyitusi dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu
membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.
Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang
KBM memegang peranan penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah. Pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bila
para tenaga kependidikan maupun para peserta didik tidak didukung oleh sumber
belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar yang
bersangkutan. Salah satu sumber belajar yang amat penting, tetapi bukan satusatunya
adalah Perpustakaan.
Hakikat perpustakaan sekolah adalah pusat sumber belajar dan sumber
informasi bagi pemakainya. Perpustakaan dapat pula diartikan sebagai tempat
kumpulan buku-buku atau tempat buku dihimpun dan diorganisasikan sebagai
media belajar siswa. Wafford (1969:1) menerjemahkan perpustakaan sebagai salah
satu organisasi sumber belajar yang menyimpan, mengelola, dan memberikan
layanan bahan pustaka baik buku maupun non buku yang digunakan sebagai sumber
informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan.
Perpustakaan sekolah sangat diperlukan keberadaanya dengan
pertimbangan bahwa :
a. Perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar di lingkungan sekolah
b. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu komponen system pengajar
2
c. Perpustakaan sekolah merupakan sumber untuk menunjang kualitas pendidikan
dan pengajaran
d. Perpustakaan sekolah sebagai laboraturium belajar yang memungkinkan peserta
didik dapat mempertajam dan memperluas kemampuan untuk membaca,
menulis, berpikir dan berkomunikasi.
Dalam praktiknya belum semua sekolah dapat menyelenggarakan
perpustakaan sekolah dengan baik. Masih banyak kendala yang dihadapi oleh
sekolah, salah satunya adalah kurangnya pengetahuan para pengelola perpustakaan
tentang masalah manajemen perpustakaan. Buku-buku tentang perpustakaan sekolah
beredar sementara ini kebanyakan membahas hal-hal teknis tentang
penyelenggaraan perpustakaan dan bukan manajemen dari perpustakaan itu sendiri.
1.2. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui kendala-kendala di dalam pengelolaan perpustakaan
2. Untuk membantu pihak pengelola perpustakaan untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi.
1.3. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai sarana untuk mengetahui teori-teori atau konsep – konsep tentang
manajemen atau pengelolaan perpustakaan.
2. Sebagai upaya perbaikan dalam pengelolaan perpustakaan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Arti Perpustakaan
Perpustakaan menurut Wafford (1961:1) adalah salah satu organisasi
sumber belajar yang menyimpan, mengelola dan memberikan bahan pustaka baik
buku maupun non buku kepada masyarakat tertentu maupun masyarakat umum.
Sedangkan menurut Mbulu (1992:89) menyatakan bahwa perpustakaan
sekolah sangat diperlukan keberadaannya dengan pertimbangan bahwa :
a. Perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar dilingkungan sekolah
b. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu komponen sistem pengajaran
c. Perpustakaan sekolah merupakan sumber untuk menunjang kualitas pendidikan
dan pengajaran
d. Perpustakaan sekolah sebagai laboratorium belajar yang memungkinkan peserta
didik dapat mempertajam daya pikirnya.
2.2. Fungsi Perpustakaan
Fungsi perpusstakaan sekolah pada dasarnya adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pusat kegiatan belajar mengajar
Mengembangkan kemampuan membaca dan menggunakan sumber-sumber
informasi lain bagi siswa, bagi guru, perpustakaan merupakan tempat untuk
menambah pengetahuannya dalam mempersiapkan bahan mengajar.
b. Sebagai tempat membantu siswa dalam memperjelas pengetahuan tentang
pelajaran yang diterimanya di dalam kelas
c. Sebagai pusat dalam penelitian sederhana
Misalnya penelusuran kepustakaan yang kemudian dilanjutkan dengan
penelitian yang berkaitan dengan mata pelajaran yang dipelajari
d. Sebagai tempat untuk memupuk daya kritis anak
e. Sebagai pusat informasi
4
f. Sebagai tempat mengembangkan bakat, minat dan kegemaran anak
g. Sebagai pusat pengembangan apresiasi budaya
Perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang mendidik murid dan guru untuk
menghargai nilai – nilai budaya
h. Sebagai tempat rekreasi
Perpustakaan dapat dijadikan tempat untuk memulihkan kejenuhan bagi anak
dengan jalan menyediakan buku-buku fiksi disamping buku non-fiksi.
2.3. Fungsi Manajemen
Agar perpustakaan dapat dilaksanakan dengan baik dibutuhkan suatu
manajemen yang baik pula. Pada prinsipnya tugas seorang kepala perpustakaan
dapat dibagi dalam beberapa fungsi yang disebut POSDCORB yaitu akronim dari
planning, organizing, staffing, directing, Coordinating dan Budgeting.
Perencanaan (Planning), penetapan tujuan, penentuan strategi,
kebijaksanaan, prosedur dan dana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Pengorganisasian (Organizing). Penentuan struktur formal dengan
mengelompokkan aktifitas-aktifitas kedalam bagian-bagian, koordinasi dan
pendelegasian wewenang kepada individu-individu untuk melaksanakan tugasnya.
Penyusunan personalia ( Staffing). Penempatan staf pada berbagai posisi
sesuai dengan kemampuannya. Fungsi ini mencakup kegiatan penilaian karyawan
untuk promosi, transfer atau bahkan demosi dan pemecatan serta latihan dan
pengembangan karyawan Pengarahan (Directing). Sesudah rencana dibuat,
organisasi dibentuk dan disusun personalianya, langkah selanjutnya menugaskan
staf untuk bergerak menuju tujuan yang telah ditentukan.
Koordinasi ( Coordinating ). Pengkoordinasian berbagai kegiatan pada
pekerjaanpekerjaan.
Pelaporan ( Reporting) Pimpinan harus selalu mengetahui apa yang sedang
dilakukan, karena itu laporan diperlukan.
Penganggaran ( Budgeting) Pembiayaan dalam bentuk rencana anggaran
dan pengawasan anggaran.
5
a. Kendala manajemen perpustakaan sekolah
Pada umumnya perpustakaan di Indonesia masih mengalami berbagai
hambatan, sehingga belum bisa berjalan sebagaimana mestinya. Hambatan
tersebut berasal dari dua aspek. Pertama adalah aspek struktural, dalam arti
keberadaan perpustakaan sekolah kurang memperoleh perhatian dari pihak
manajemen sekolah. Kedua adalah aspek teknis, artinya keberadaan
perpustakaan sekolah belum ditunjang aspek-aspek bersifat teknis yang sangat
dibutuhkan oleh perpustakaan sekolah seperti tenaga, dana serta sarana
prasarana.
b. Kebijakan pengembangan koleksi
Secara umum, pengembangan koleksi perlu merujuk pada prinsipprinsip
pengembangan koleksi, yaitu sebagai berikut :
· Relevansi, aktivitas pemilihan dan pengadaan terkait dengan program
pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Berorientasi
kepada pemakai. Dengan demikian kepentingan pengguna menjadi acuan
dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka.
· Kelengkapan
Koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari buku teks yang
langsung dipakai untuk mata pelajaran yang diberikan tetapi juga
menyangkut bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program yang ada
dalam kurikulum.
· Kemuktahiran
Selain masalah kelengkapan, kemuktahiran sumber informasi harus
diupayakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemuktahiran
bahan pustaka dapat dilihat dari tahun terbit.
· Kerjasama
Unsur- unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi harus ada kerjasama
yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan koleksi
berjalan efektif dan efisien.
6
c. Sistem layanan perpustakaan
Secara umum sistem layanan perpustakaan ada dua macam yaitu
layanan yang bersifat tertutup dan layanan perpustakaan yang bersifat terbuka.
Pemilihan sistem layanan terbuka atau sistem layanan tertutup tergantung dari
beberapa faktor :
· Pertimbagan tingkat keselamatan koleksi perpustakaan
· Pertimbangan jenis koleksi dan sifat rentan dari koleksi
· Perbandingan antara jumlah staf, jumlah pemakai dan jumlah koleksi
· Luas gedung perpustakaan
· Ratio antara jam layanan dengan jum;lah staf perpustakaan.
d. Manajemen Sumber Daya Pustakawan
Agar dapat memberikan layanan yang baik sesuai dengan fungsinya,
perpustakaan memerlukan tenaga yang memadai baik dari jumlah dan kualitas
yang harus dimilikinya. Jumlah dan kualitas dari tenaga pustakawan sangat
tergantung dari jenis perpustakaan serta cakupan tugas yang harus
dilaksanakannya.
Menurut Bafadal (1996) pembinaan terhadap kemampuan petugas dan
semangat kerja petugas perpustakaan sangat dibutuhkan karena tenaga
perpustakaan selalu dituntut mengerjakan tugas-tugasnya dengan sebaikbaiknya,
dan dengan moral kerja yang tinggi petugas perpustakaan akan
mengerjakan tugas-tuganya dengan penuh semangat dan semata-mata
mengabdikan dirinya untuk kepentingan pendidikan bangsa.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan :
Perpustakaan sekolah merupakan sarana yang penting dalam setiap program
pendidikan dan pengajaran. Kepala sekolah dan kepala perpustakaan memegang
peranan yang sangat penting atas keberhasilan suatu perpustakaan. Apabila kepala
sekolah menyadari pentingnya perpustakaan untuk mendukukng program
pendidikan sudah tentu perhatian kepada perkembangan perpustakaan
diprioritaskan, baik dari segi alokasi dana, tenaga maupun ruangan perpustakaan.
Pustakawan sebagai roda penggerak dituntut berdedikasi tinggi serta penuh
pengabdian dalam bertugas untuk meningkatkan peran serta perpustakaan. Dengan
kemajuan teknologi pustakawan harus meningkatkan kualitas serta kepekaannya
terhadap kemajuan – kemajuan yang ada hubungannya dengan perkembangan serta
peningkatan pelayanan. Anggaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan suatu perpustakaan.
3.2 Saran
Kita menyadari sepenuhnya bahwa banyak masalah – masalah yang
dihadapi perpustakaan sekolah saat ini,,untuk memecahkan masalah tersebut
diperlukan kerjasama yang baik dari berbagai pihak yaitu pemerintah, kepala
sekolah, kepala perpustakaan, guru, pustakawan,wali murid dan murid ssendiri.
8
DAFTAR PUSTAKA
Maryono, Agus. 2003. Manajemen Perpustakaan. Probolinggo : Dinas Pendidikan dan
kebudayaan, perpustakaan Umum Kota Probolinggo.
Darmono, 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Grasindo.
Bafadal, Ibrahim. 1996. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.
Mbulu, Yoseph. 1992. Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah dalam Kegiatan Belajar
Mengajar. Majalah Pendidikan. XIX, 27.

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Di susun oleh :
Dra. Ummul Murtafiah Hasan
MTs NUSANTARA
Jl. Sunan Giri no 52 telp. ( 0335 ) 429048
Sumber Taman Kota Probolinggo
I. Pendahuluan
A. Rasional
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan betakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dengan mengacu
pada Standar Isi dan (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang
telah ditetapkan oleh pemerintah untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Penyusunan KTSP berpedoman pada panduan yang
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Pendidikan (BSNP) dan
ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP
19/2005.
Penyusunan KTSP sangat diperlukan untuk mengakomodasi semua
potensi yang ada di daerah dan untuk meningkatkan kualitas satuan
pendidikan dalam bidang akademis maupun non akademis, memelihara
budaya daerah, mengikuti perkembangan iptek yang dilandasi iman dan
takwa.
B. Visi dan Misi
Visi :
Berprestasi, berbudaya, beriptek, dan berlandaskan iman dan takwa
Misi :
- Meningkatkan perolehan selisih NUN. (Gain score achievement)
- Mengoptimalkan proses pembelajaran dan Bimbingan
- Meningkatkan prestasi dalam KIR, jurnalistik, dan olimpiade.
- Melestarikan budaya daerah dan lingkungan hidup.
- Mengoptimalkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an dan pelaksanaan
sholat berjamaah
- Meningkatkan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.
Tujuan :
Pada akhir tahun pelajaran 2006/2007 sekolah dapat:
1. memperoleh selisih NUN (gain score achievement): 0,5 (dari 8,5
menjadi 9,0);
2. mengoptimalkan proses pembelajaran dengan pendekatan,
diantaranya, CTL, PAKEM, serta layanan bimbingan dan konseling;
3. meraih kejuaraan dalam bidang KIR tingkat Provinsi;
4. mendapat ISSN buletin sekolah dalam bidang jurnalistik;
5. memperoleh kejuaraan olimpade sains tingkat dunia;
6. melestarikan budaya daerah melalui MULOK bahasa daerah dengan
indikator; 85% siswa mampu berbahasa Jawa sesuai dengan konteks;
7. menjadikan 85% siswa memiliki kesadaran terhadap kelestarian
lingkungan hidup di sekitarnya;
8. membekali 85% siswa mampu mengakses berbagai informasi yang
positif melalui internet;
9. membekali 85% siswa mampu membaca dan menulis Al-Qur’an;
10. membiasakan 85% siswa melaksanakan Sholat berjamaah.
II. STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
A. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap
satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur
kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar
kompetensi lulusan.
Struktur kurikulum terdiri dari tiga komponen, yakni komponen mata
pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Komponen mata
pelajaran dikelompokkan sebagai berikut :
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Kelompok mata pelajaran estetika
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
Komponen muatan lokal dan pengemabnagan diri merupakan bagian
integral dari struktur kurikulum dan dikembangkan sendiri oleh sekolah.
Struktur kurikulum ini meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh
dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai
dengan Kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar
kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan
ketentuan sebagai berikut.
a. Kurikulum ini memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri seperti tertera pada Tabel 3.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan
lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus
diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru,
atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan
melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah
diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir
peserta didik.
b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS merupakan “IPA Terpadu” dan
“IPS Terpadu”.
c. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan
dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan.
d. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit.
e. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-
38 minggu.
Struktur kurikulum SMP disajikan pada tabel berikut
Kelas dan Alokasi Waktu
Komponen VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 5 5 5
4. Bahasa Inggris 4 4 5
5. Matematika 5 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 5
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
8. Seni Budaya 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan
2 2 2
10. Keterampilan/Teknologi Informasi
dan Komunikasi
2 2 2
B. Muatan Lokal
1. Pendidikan Lingkungan Hidup
2. Bahasa Jawa
2
2
2
2
-
2
C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*)
Jumlah 36 36 36
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
B. Muatan Kurikulum
1. Mata Pelajaran
a. Pendidikan Agama
Meliputi :
Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha, mengingat kondisi
social budaya masyarakat dilingkungan sekitar sekolah
Tujuan :
Memberikan wawasan terhadap keberagaman agama di Indonesia.
Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa sesuai keyakinan
agamanya masing-masing.
b. Kewarganegaraan dan Kepribadian
Tujuan :
Memberikan pemahaman terhadap siswa tentang kesadaran hidup
berbangsa dan bernegara dan pentingnya penanaman rasa persatuan
dan kesatuan.
c. Bahasa Indonesia
Tujuan :
Membina ketrampilan berbahasa secara lisan dan tertulis serta dapat
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana pemahaman
terhadap IPTEK
d. Bahasa Inggris
Tujuan :
Membina ketrampilan berbahasa dan berkomunikasi secara lisan dan
tertulis untuk menghadapi perkembangan IPTEK dalam menyongsong
era globalisasi.
e. Matematika
Tujuan :
Memberikan pemahaman logika dan kemampuan dasar matematika
dalam rangka penguasaan IPTEK.
f. Ilmu Pengetahuan Alam
Meliputi : Fisika dan Biologi
Tujuan :
Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada siswa untuk
menguasai dasar-dasar sains dalam rangka penguasaan IPTEK.
g. Ilmu Pengetahuan Sosial
Meliputi : Sejarah, Ekonomi dan Geografi
Tujuan :
Memberikan pengetahuan sosio cultural masyarakat yang majemuk,
mengembangkan kesadaran hidup bermasyarakat serta memiliki
ketrampilan hidup secara mandiri,
h. Seni Budaya
Meliputi : Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari dan Seni Teater.
Tujuan :
Mengembangkan apresiasi seni, daya kreasi dan kecintaan pada seni
budaya Nasional
i. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Tujuan :
Menanamkan kebiasaan hidup sehat, meningkatkan kebugaran dan
ketrampilan dalam bidang olahraga, menanamkan rasa sportifitas,
tanggung jawab disiplin dan percaya diri pada siswa.
j. Ketrampilan/Teknologi Informasi dan Komunikasi
Meliputi :
Elektronika, Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Tujuan :
Memberikan ketrampilan dibidang Teknologi Informatika dan
ketrampilan Elektronika yang sesuai dengan bakat dan minat siswa
2. Muatan Lokal
Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa timur, dan Surat
keputusan Walikota/Bupati tentang penetapan Mulok sebagai berikut:
a. Bahasa Daerah (Jawa) sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai
budaya (jawa) masyarakat setempat dalam wujud komunikasi dan
apresiasi sastra.
b. Perndidikan Lingkungan Hidup (PLH) sebagai upaya menanamkan
rasa cinta loingkungan hidup dalam benuk kegiatan pembelajran
pola hidup bersih dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Tiap-tiap Mulok beralokasi dua jam pelajaran.
3. Kegiatan Pengembangan Diri
Berdasarkan kondisi Obyektif sekolah maka kegiatan pengembangan diri
dipilih dan ditetapkan adalah :
a. Kegiatan pelayanan Konseling
Melayani :
1) Masalah kesulitan belajar siswa
2) Pengembangan karir siswa
3) Pemilihan jen jang pendidikan yang lebih tinggi
4) Masalah dalam kehidupan social siswa
b. Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa
Bertujuan untuk
1) Melatih siswa dalam berorganisasi
2) Mempersiapkan siswa untuk menjadi pemimpin yang handal
3) Melatih siswa untuk bersikap demokratis
4) Melatih siswa belajar mengambil keputusan dengan tepat
c. Kepramukaan
1) Sebagai wahana siswa untuk berlatih berorganisasi
2) Melatih siswa untuk trampil dan mandiri
3) Melatih siswa untuk mempertahankan hidup
4) Memiliki jiwa social dan peduli kepada orang lain
5) Memiliki sikap kerjasama kelompok
6) Dapat menyelesaikan permasalahan dengan tepat
d. Kegiatan PMR
1) Praktik PPPK
2) Memiliki jiwa social dan peduli kepada orang lain
3) Memiliki sikap kerjasama kelompok
4) Melatih siswa untuk cepat dan tepat dalam memberikan
pertolongan pertama
5) Membentuk piket UKS
e. Kegiatan Kelompok Ilmiah Remaja
1) Melatih siswa berfikir kritis
2) Melatih siswa trampil dalam menulis karya ilmiah
3) Mampu berkompetisi dalam berbagai lomba IPTEK
4) Mampu berkompetisi dalam lomba bidang IMTAQ
f. Kegiatan Olahraga Seni dan Budaya
1) Pengembangan Olahraga Prestasi
2) Pengembangan Seni Rupa, Musik, Tari dan Teater
3) Pengembangan seni baca al Quran dan Kaligrafi
4) Pengembangan seni Bela Diri
Mekanisme Pelaksanaan
a) Kegiatan Pengembangan Diri diberikan di luar jam pembelajaran
(ekstrakurikuler) dibina oleh guru-guru yang memiliki kualifikasi
yang baik berdasarkan surat keputusan Kepala Sekolah.
b) Jadwal Kegiatan
NO
NAMA KEGIATAN
HARI
WAKTU
1 Kegiatan pelayanan
Konseling
SENIN -
SABTU
2 Kegiaytan LDKS SABTU
3 Kegiatan kepramukaan SABTU
4 Kegiatan palang merah
remaja
SABTU
5 Kegiatan kelompok ilmiah
remaja
SABTU
6 Kegiatan seni budaya SABTU
Menyesuaikan
Sekolah masingmasing
06.30 – 13.00
c) Alokasi Waktu
Untuk kelas 7 dan kelas 8 diberikan 2 jam pelajaran (ekuivalen 2 x 40
menit)
Untuk kelas 9 diberi kegiatan Bimbingan Belajar secara intensif untuk
persiapan menghadapi Unas
d) Penilaian :
Kegiatan pengembangan diri dinilai dan dilaporkan secara berkala
kepada sekolah dan orang tua dalm bentuk kualitatif :
Katagori Keterangan
A Sangat Baik
B Baik
C Cukup
D Kurang
*) 2 jam pelajaran untuk pengembangan diri dilaksanakan diluar jam tatap
muka (ekstrakurikuler pada hari Sabtu)
4. Pengaturan Beban Belajar
Kelas Satu jam pembelajaran
tatap muka/menit
Jumlah jam
pembelajaran
perminggu
Minggu efektif
Pertahun
ajaran
Waktu
pembelajaran
/jam per
tahun
VII
40
36
34 - 38
1224 - 1368
VIII
40
36
34 – 38
1224 – 1368
IX
40 36 34 - 36 1224 – 1296
5. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan Belajar didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya
input peserta didik, tingkat esensial dari masing-masing KD/Mata Pelajaran,
kemampuan daya dukung dan kompleksitas tiap-tiap mata pelajaran.
Berdasarkan pertimbangan tersebut ditentukan ketuntasan belajar 75 %.
Peserta didik yang belum dapat mencapai ketuntasan belajar 75% harus
mengikuti program perbaikan (remedial) sampai mencapai ketuntasan belajar
yang dipersyaratkan. Yang telah mencapai ketuntasan belajar 80% sampai
90% dapat mengikuti program pengayaan (Enrichment), sedangkan yang
mencapai ketuntasan belajar lebih dari 90% mengikuti program percepatan
(accelerated).
6. Kriteria Kenaikan Kelas
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi syarat sebagai berikut
:
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester di kelas
yang diikuti .
b. Tidak terdapat nilai dibawah SKBM maksimal 3 mata pelajaran pada
semester yang diikuti.
c. Memiliki nilai minimal Baik untuk aspek kepribadian, kelakuan dan
kerajinan pada semester yang ikuti.
Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) 75 untuk semua kelompok mata
pelajaran
7. Kriteria Kelulusan
Berdasarkan PP 19/ 2005 pasal 72 ayat 1 Peserta didik dinyatakan lulus
apabila :
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
b. Memperoleh nilai minimal 75 pada penilaian akhir untuk seluruh kelompok
mata pelajaran :
1) Agama dan Akhlak mulia
2) Kewarganegaraan dan Kepribadian
3) Estetika
4) Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
c. Lulus Ujian Sekolah untuk kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
d. Lulus Ujian Nasional
III. KALENDER PENDIDIKAN
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran
peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun
pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari
libur.
Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran
pada awal tahun pelajaran pada SMP ”X” Jawa Timur
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk
setiap tahun pelajaran pada SMP ”X” Jawa Timur
Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap
minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran
termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan
pengembangan diri
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan
pembelajaran pada SMP ”X” Jawa Timur. Waktu libur dapat berbentuk jeda
tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur
keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari
libur khusus.
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya pada
SMP ”X” Jawa Timur
Kalender Pendidikan SMP ”X” Jawa Timur Tahun Pelajaran 2006/2007
Semester I
NO BULAN JME HES HEF KTS LU LHB LS LPP LHR JML
1 Juli 2006 2 12 2 14
2 Agustus 2006 4 26 4 1 31
3 September
2006
4 25 4 1 30
4 Oktober 2006 0 2 17 3 5 3 30
5 November
2006
3 16 4 10 30
6 Desember
2006
4 24 4 28
7 Januari 2006 3 16 5 2 6 29
JML 20 121 17 3 28 4 6 3 10 194
Semester II
NO BULAN JME HES HEF KTS LU LHB LS LPP LHR JML
1 Januari 2006 0 1 1
2 Februari 2006 4 23 4 1 28
3 Maret 2006 4 26 4 1 31
4 April 2006 3 23 2 4 1 30
5 Mei 2006 4 25 4 1 30
6 Juni 2006 3 23 4 1 28
7 Juli 2006 0 1 2 12 15
JML 18 122 3 23 6 12 163
Keterangan :
JPE : Jumlah Minggu Efektif
HES : Hari Efektif Sekolah
HEF : Hari Efektif Fakultatif
KTS : Kegiatan Tengah Semester
LU : Libur Umum
LHB : Libur Hari Besar
LS : Libur Semester
LPP : Libur Permulaan Puasa
LHR : Libur Hari Raya

KERUKUNAN WARGA NEGARA

i
KERUKUNAN WARGA NEGARA
Disusun Oleh :
NUR RAHMAT, S.Ag
NIP. 131 550 122
SDN SUKABUMI I
KEC. MAYANGAN KOTA PROBOLINGGO
TAHUN 2007
ii
Kata-kata Mutiara ;
 Tuhan memiliki bejana di
bumi. Itulah hati dan
bejana yang paling
disukai_Nya adalah bejana
yang bersih.
 Kebanyakan orang marah
bila ada yang salah. Orang
bijak tetap tenang dan
mengatasi keadaan dengan
tenang.
iii
KATA PENGANTAR
Segala syukur kita limpahkan kepada Allah SWT. dan Nabi Muhammad
SAW. karena atas limpahan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktu dan benar.
Tak lupa kami juga ucapkan terima kasih kepada teman sekelompok karena
atas kerja kami masalah ini selesai atas dukungan, kesempatan, dan bantuan dari
mereka semua kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa juga
saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman karena atas bantuan dan kesempatan
dari mereka semua bahan yang kami perlukan untuk menyusun makalah ini, kami
dapatkan.
Dan semoga makalah ini kelak nantinya dapat berguna bagi generasi
penerus. Harapan kami agar makalah ini tetap dijaga kelayakannya agar bermanfaat
bagi pihak yang membutuhkan ataupun pembaca. Semoga pembaca, teman-teman,
dan dosen kewarganegaraan berkenan akan isi makalah kami ini.
Penyusun,
Nur Rahmat, S.Ag.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
KATA MUTIARA .......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kewarganegaraan ....................................................................... 3
2.2 Kerukunan Warganegara ............................................................ 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 11
Daftar Pustaka ................................................................................................. 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebinekaan bangsa Indonesia mencakup agama, bahasa, suku bangsa,
maupun adat dan budayanya adalah ciri khas bagi bangsa Indonesia yang
menjadi sumber kebudayaannya. Kebhinekaan ini dapat tergambar pula dalam
kehidupan bermasyarakat seperti yang tertulis dalam kitab negara kertagama oleh
Empu Prapanca, tentang penyusunan pemerintahan Majapahit yang
mencerminkan unsur-unsur musyawarah. Dalam kehidupan beragama tertulis
dalam kitab Sutasoma oleh Empu Tantular dengan Bhineka Tunggal Ika.
Dimana kita sebagai warganegara selalu menginginkan terciptanya
kehidupan yang tertib, aman, tentram, rukun, dan damai agar tercipta
kebhinekaan tadi. Oleh karena itu setiap anggota masyarakat harus mempunyai
kesadaran akan pentingnya kerukunan hidup. Kerukunan sangatlah penting
ditanamkan dan dilaksanakan mengingat bangsa Indonesia terdiri atas beragam
suku bangsa, agama, budaya, dan latar belakang yang berbeda-beda kerukunan
juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam masyarakat yang berbangsa
dan majemuk. Untuk itulah makalah ini kami susun, agar pembaca, teman-teman
dan dosen kewarganegaraan tau pentingnya kerukunan dalam warga negara kita.
2
1.2 Rumusan Masalah
Setelah melihat dan memahami pentingnya makalah ini maka ada
beberapa maka ada beberapa rumusan masalah yang harus dijawab di
pembahasan nantinya agar makalah ini sempurna. Rumusan masalah itu adalah
sebagai berikut :
a. Apa kewarganegaraan dan warganegara itu ?
b. Apa pengertian kerukunan ?
c. Apa landasan dan sumber formal kerukunan ?
d. Apa tugas dan tanggung jawab warganegara dalam membina kerukunan ?
e. Apakah insan agamis penting dalam membina kerukunan warganegara ?
f. Apa bahaya penyimpangan terhadap kehidupan ?
g. Apa tantangan dan hambatan dalam membina kerukunan ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Agar kita mengetahui warga negara dan kewarganegaraan itu apa.
b. Agar kita tahu pengertian kerukunan.
c. Agar kita tahu dan paham landasan dan sumber formal kerukunan.
d. Agar kita tahu tugas dan tanggung jawab kita sebagai warga negara dalam
membina kerukunan.
e. Agar kita tahu bahasa penyimpangannya dalam kehidupan.
f. Agar kita tahu penting atau tidak pentingnya peran insan agamis dalam
membina kerukunan.
g. Agar kita tahu tantangan dan hambatan dalam membina kerukunan.
3
BAB II
P E M B A H A S A N
2.1 Kewarganegaraan
Adalah anggota dalam sebuah komunitas politik (negara), dan dengannya
membawa hak untuk berpartisipasi dalam politik. Seseorang dengan keanggotaan
tersebut disebut warga negara. Istilah ini secara umum mirip dengan
kebangsaan, walaupun dimungkinkan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi
seorang warga negara (contoh, secara hukum merupakan subyek suatu negara
dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi dalam politik).
Juga dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi bangsa dari suatu
negara.
Kewarganegaraan juga dimaksudkan agar kita memiliki wawasan
kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan
perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila. Semua
itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya negara kesatuan republik Indonesia.
Tujuan utama kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan
dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan
bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional
dalam diri para mahasiswa calon sarjana atau ilmuwan warga negara Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang sedang mengkaji dan akan menguasai IPTEK
dan seni, tujuan tersebut terdapat dalam pendidikan kewarganegaraan.
4
2.2 Kerukunan Warga Negara
A. Pengertian Rukun
Kerukunan berasal dari kata rukun berarti baik dan damai, tidak
bertengkar. Kerukunan bermakna rasa damai dan baik serta tidak ada
pertengkaran. Kerukunan merupakan suatu keamanan untuk hidup bersama,
berdampingan serta damain dan tertib. Dengan demikian dalam masyarakat
tercipta suasana kedamaian, ketertiban, dan ketentraman tanpa ada pertikan
dan pertengkaran.
Rukun dalam bahasa Arab berarti asas atau hukum dasar. Jadi rukun
dapat diartikan sebagai hidup yang konsisten dalam menjalankan ajaran
agamanya (norma-norma yang berlaku). Dengan demikian kerukunan lahir
secara sadar dikehendaki oleh setiap orang tanpa ada paksaan atau motifmotif
tertentu.
B. Landasan dan Sumber Formal Kerukunan
1. Landasan Kerukunan
a. Landasan Ideal Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber
tertib hukum bagi perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Landasan kerukunan bersumber pada nilai norma-norma Ketuhanan
Yang Maha Esa, yang menjiwai sila-sila lainnya.
5
b. Landasan Konstitusional
1) Pasal 29 ayat 1 UUD 1945 “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa”
2) Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 “Negara menjamin kemerdekaan tiaptiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu”
c. Landasan Operasional GBHN
Yaitu Tap MPR RI No. IV/MPR/1999, tentang GBHN 1999-2004 bab
IV arah kebijakan sub.d.agama yaitu peningkatan pengamalan ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam
kehidupan mantapnya persaudaraan umat beragama yang berakhlak
mulia, toleren, rukun dan damai.
2. Sumber Formal Kerukunan
a. Menurut ajaran Agama Islam
Terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al Kafirun ayat 1-6 dan dalam Surat
Ali Imraan ayat 103
b. Menurut ajaran Agama Hindu
Terdapat dalam Ath.XII.1.45 dan Yayur Weda 26.7
c. Menurut ajaran Agama Budha
Terdapat dalam Khudaka Nikaya, Caritiyotaka 33/395 dan
Dhammapada 194.
6
d. Menurut ajaran Agama Kristiani (Protestan dan Khatolik)
Terdapat dalam Roma 14.19 dan 1 Korintus 1:10
e. Menurut Kebudayaan
Kebudayaan bisa dikatakan sebagai hasil budidaya kekuatan akal
manusia yang dilakukan secara sadar, baik berupa cipta, rasa, karsa.
Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat, kebudayaan merupakan
keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur
oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Kebudayaan dibentuk baik materiil maupun spiritual. Nilai
kebudayaan terkait erat dengan budaya dimana nilai keagamaan
memberi warna budaya bangsa.
C. Tugas dan Tanggung Jawab Warga Negara dalam membina Kerukunan
1. Sebagai Umat Beragama
Ada Tri kerukunan, yaitu :
a. Kerukunan antar umat beragama
b. Kerukunan Intern umat seagama
c. Kerukunan antar sesama umat beragama dengan pemerintah
2. Sebagai Anggota Masyarakat dan Negara
a. Menghayati dan mengamalkan Pancasila
b. Menjunjung tinggi konstitusi negara
7
c. Membina ketertiban dan ketahanan nasional
d. Patuh dan tertib dalam kehidupan umum
e. Mengutamakan musyawarah dan mufakat
f. Rela berkorban dan berjiwa sosial
D. Pentingnya insan agamis dalam membina kerukunan
Insan agamis adalah insan (manusia) yang hidup dan kehidupannya
berdasarkan pada norma-norma atau ajaran agama. Ciri-cirinya yaitu peri
kehidupannya selalu bernafaskan agama, baik dalam hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Esa maupun dengan manusia. Dengan demikian segala
perbuatannya semata-mata karena Allah SWT., sehingga yang diperbuatnya
dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan YME.
Prinsip utama insan agamis dalam berbagai aspek dan lingkungan
kehidupan adalah bahwa umat beragama yang baik selalu taat kepada
Tuhannya, Rasulnya, dan taat kepada perintah, sepanjang pemerintah tidak
menjerumuskan rakyat kedalam kemaksiatan dan kezoliman.
E. Bahaya dan kerugian penyimpangan terhadap kehidupan
1. Kehidupan Keagamaan
Beberapa bentuk penyimpangan terhadap kehidupan keagamaan yang
harus dihindari, antara lain sebagai berikut :
8
a. Sinkretisme (paham yang hendak mencampur adukkan segala ajaran
agama menjadi satu dan menyatakan semua ajaran agama adalah
sama).
b. Indeferentisme (paham yang menganggap bahwa semua agama sama,
semua baik dan semua menuju Tuhan).
c. Dangkalnya pengertian dan kesadaran beragama.
d. Fanatisme sempit
e. Ekstramisme, yaitu paham yang berusaha menggantikan dan
menggulingkan pemerintahan yang sah, melalui cara yang
inkonstritusional seperti ekstrem kanan (berhaluan agama) ektrem kiri
(berhaluan ideologi).
f. Pelecehan atau menjelek-jelekkan agama dan kepercayaan orang lain.
2. Kehidupan Sosial
Beberapa bentuk penyimpangan terhadap kehidupan sosial, antara lain :
a. Perilaku egoisme
b. Main hakim sendiri
c. Senang menggunakan kekerasan
d. Merasa lebih dan paling hebat
3. Kehidupan Kenegaraan
4. Beberapa bentuk penyimpangan terhadap kehidupan kenegaraan, antara
lain :
a. Sifat Individualisme
9
b. Fanatisme partai politik
c. Pemberontakan dan ekstremisme, baik yang bersifat kedaerahan,
kesukuan, maupun bersifat keagamaan ideologi politik.
F. Tantangan dan Hambatan dalam membina kerukunan
Beberapa tantangan dan hambatan dalam membina kerukunan perlu
diwaspadai dan ditanggulangi sedini mungkin. Hal ini dimaksudkan agar
tidak berkembang menjadi masalah yang mengoyakkan persatuan dan
kesatuan. Tantangan dan hambatan tersebut antara lain :
1. Keterbatasan komunikasi antara pemerintah dengan rakyat di daerah
pedalaman atau terpencil.
2. Keanekaragaman kepentingan dan budaya serta rasa kesukuan yang
kadang muncul kepermukaan.
3. Kerawanan SARA dalam masyarakat negara kita yang kadang
dimanfaatkan oleh kelompok tertentu.
4. Berbagai ketimpangan dan kesenjangan terutama sosial ekonomi dan pola
hidup yang mewah.
5. Kemajuan IPTEK dan pola komunikasi terbuka yang dimanfaatkan untuk
merusak moral, tata nilai budaya, serta jati diri bangsa Indonesia.
Tantangan dan hambatan tersebut perlu segera di antisipasi jauh-jauh
agar tidak menabur ancaman bagi kerukunan hidup bangsa Indonesia. Oleh
karena itu upaya yang harus dilakukan antara lain :
10
1. Pengamalan nilai-nilai iman dan taqwa.
2. Perilaku yang sesuai dan sejalan dengan tata nilai dan norma.
3. Meningkatkan persahabatan dan komunikasi yang baik.
4. Menjalin solidaritas.
Dengan demikian, harapan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
aman, tentram, rukun, dan damai dapat terwujud.
11
BAB III
P E N U T U P
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami buat, kami menjabarkan kewarganegaraan
dari sisi “kerukunan warga negaranya”.
Dapat kami simpulkan bahwa kerukunan merupakan suatu kemauan
untuk hidup bersama berdampingan secara damai dan tertib. Dimana dalam bab 2
telah tertulis jelas bagi kita kewarganegaraan dan kerukunan warganya, landasan
dan sumber formalnya, tugas dan tanggung jawab warga negaranya. Terdapat
juga bahaya dan kerugian penyimpangan terhadap kehidupan serta tantangan dan
hambatan dalam membina kerukunan warga negaranya. Dengan demikian
kerukunan warga negara dalam hubungan bermasyarakat akan tercipta suasana
kedamaian, ketertiban, dan ketentraman tanpa ada pertikaian dan pertengkaran.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. ______________, 1999. Simpati Kewarganegaraan Semester I Kelas XII.
Surabaya : CV. Grahadi.
2. ______________, 2004. PPKn Kelas 3. Kahen:Cempaka Putih.
3. Internet.
1
Manual VoIP
(Voice Over Internet Ptotocol)
Ditulis Oleh : Matekur



A. Pengantar
VoIP – Voice over Internet Protocol adalah teknologi yang mampu menyediakan
komunikasi suara real-time dengan berbasiskan Internet Protocol. VoIP ini dapat
memanfaatkan infrastruktur internet yang sudah ada untuk berkomunikasi seperti
layaknya menggunakan telepon biasa dan tidak dikenakan biaya telepon biasa untuk
berkomunikasi dengan pengguna VoIP lainnya dimana saja dan kapan saja
VoIP adalah transfer suara/voice melewati paket IP pada jaringan, seperti gambar 1
Gambar 1 Topologi VoIP
Mengapa VoIP?
 Berkomunikasi menggunakan VoIP tidak dikenai biaya telepon biasa,
termasuk biaya SLJJ untuk komunikasi antar pengguna VoIP Jardiknas yang
tersebar diseluruh Indonesia.
 Layanan VoIP Jardiknas meningkatkan keterhubungan user di pusat dan
daerah, atau antar daerah, dengan komunikasi yang lebih intensif, mudah dan
murah
 VoIP sebagai bentuk layanan IP Telephony adalah legal secara hukum untuk
diselenggarakan oleh siapapun di Indonesia
Mengapa Protokol SIP?
2
 Mudah diimplementasikan
 Membangun jaringan VoIP berbasiskan komponen-komponen SIP relatif
lebih mudah
 Software mudah diperoleh dan status produksinya setara dengan
komersil
 Terbukti bekerja cukup baik untuk beberapa VoIP Service Provider
 Software berlisensi opensource
 Mudah untuk mengimplementasikan fitur-fitur baru dan digabungkan dengan
layanan lainnya seperti Free Mail
 Mampu bekerja untuk user agent yang berada dibelakang NAT atau common
firewall dengan relatif mudah
 Kualitas suara dan sebagian besar penggunaan bandwidth diserahkan pada
peer to peer
B. Persiapan
1. Aplikasi VoIP meliputi:
 Untuk server softwarenya adalah Asterisk@home 2.8
 Untuk client softwarenya antara lain X-Lite, SJPhone, Softphone,
Eyebeam, IPPhone, ATA (Analog Telephone Adapter), ITG (Internet
Telephone Gateway)
 Protocol menggunakan SIP (Session Initiation Protocol)
2. Perangkat VoIP yang dibutuhkan antara lain:
 Menggunakan PC:
 Minimal PC Intel Pentium 200 MMX (atau yang setara)
 Minimal RAM 64 MB
 Minimal ruang kosong dalam harddisk 3GB (untuk instalasi program)
 Ethernet Phone (IP Phone) yang support protokol H322
 Regular Phone dengan ATA (Analog Telephone Adapter)
 Internet Telephony Gateway (Yang mengadopsi standar SIP)
 Headset yang berkualitas bagus
3
 Soundcard yang memadai
C. Membuat Extension Pada Server Asterisk
Asterisk adalah server VoIP (Voice Over Internet Protocol) yang dapat
digunakan untuk komunikasi audio dan video. Server yang digunakan oleh
penulis ini dibangun dengan source code Linux Redhat, sehingga kalau user
sudah menguasai Sistem Operasi Linux Redhat, maka cara menjalankan dan
konfigurasinya sangat mudah. Master aserisk dapat didownload dari
www.matekur.cjb.net
Cara membuat extensions pada server Asterisk adalah sebagai berikut:
1. Ketik lewat brouser //118.98.215.3 ¿
2. Ketik user dan password, defaultnya user: maint, password: password,
kemudian klik OK. Maka akan keluar menu seperti gambar 3
3. Klik setup untuk mengawali pembuatan extensions
4. Klik extensions
Gambar 3 Menu Setup Server Asterisk
5. Klik SIP, maka akan muncul menu seperti gambar 4
4
6. Ada tiga form yang harus diisi yaitu Extensions Number, Display Name dan
secret. Misalnya kita membuat extensions:
Extension Number : 0008
Display Name : siti (huruf kecil agar mudah dihafal)
Secret : 0008 (dibuat sama dengan extension number agar
mudah dihafal)
7. Kemudian klik submit
Gambar 4 Form Isian SIP
8. Setelah diklik submit akan muncul garis tebal warna merah, seperti gambar 3.
Warna merah ini harus diklik supaya pendaftaran SIP diakui oleh sistem.
5
Gambar 3 Warna Merah Finishing
9. Maka pada daftar extensions sudah muncul extensions baru bernama ”siti”,
seperti gambar 5
Gambar 5 Extensions Siti Nomor 0008
Setelah ekstensi ”siti” berhasil dibuat, maka langkah selanjutnya adalah
setting X-Lite
D. Setting X-Lite
Cara setting X-Lite sebagai berikut:
1. Jalankan X-Lite, kemudian klik kanan pada layar monitor, seprti gambar 6
6
Gambar 6 Layar X-Lite
2. Akan muncul menu SIP dan isilah sesuai dengan nama dan nomor ekstensi
yang sudah dibuat di server Asterisk, seperti gambar 7
Gambar 7 Menu SIP X-Lite
3. Klik menu Voicmail dan isilah form number of dial dan number for sending
dengan nomor ekstensi yang telah dibuat, seperti gambar 8
7
Gambar 8 Menu Voicmail
4. Kalau sudah jalan menu voicmail akan berubah seperti gambar 9
Ganbar 9 Verifikasi Voicmail
8
5. Klik OK, maka pada layar X-Lite akan muncul tulisan Ready, Your username
is: 0008. Berarti Anda telah berhasil setting X-Lite dengan data yang benar,
seperti gambar 10
Gambar 10 X-Lite Berhasil
E. Percobaan
1. Dipanggil dari ekstensi lain, seperti gambar 11
2. Memanggil ekstensi lain, seperti gambar 12
Gambar 11 X-Lite dipanggil 0003 dinpdk
9
Gambar 12 X-Lite Memanggil 0003

PUISI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

PUISI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
TINGKAT SMP
Oleh
Hilmin Dwi Astuti, SPd
Dilema Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah
Pembelajaran Bahasa Inggris dewasa ini telah mencapai tingkat yang sangat
diperhitungkan. Hal ini disebabkan karena Bahasa Inggris adalah salah satu mata pelajaran
utama dalam ujian nasional. Selain hal tersebut, fakta yang tidak bisa disangkal bahwa Bahasa
Inggris merupakan bahasa internasional semakin memperkokoh kedudukannya sebagai mata
pelajaran yang sangat penting.
Fakta di atas haruslah membuka kesadaran dari para pelaku pendidikan, dalam hal ini
adalah pendidik atau guru untuk melakukan banyak terobosan dalam proses pembelajaran. Hal
ini perlu dilakukan karena beberapa alasan. Diantara alasan tersebut adalah bahwa proses belajar
mengajar Bahasa Inggris sudah menjadi pengajaran life skill. Kemampuan yang dihasilkan oleh
siswa pada tahap inilah yang nantinya akan lebih berguna bagi siswa di masa mendatang.
Kemampuan ini akan melebihi manfaat dari hanya sekedar kemampuan mengerjakan soal ujian
atau hanya sekedar lulus ujian saja.
Permasalahan yang terjadi sekarang adalah kenyataan bahwa guru dituntut untuk bisa
meloloskan para siswanya dalam menjalani ujian nasional. Bayang-bayang ujian nasional seolah
memberi semacam peringatan pada guru bahwa tujuan utama proses pembelajaran ini adalah
lulus ujian nasional. Bagaimana tidak demikian jika kita tidak selalu dikejar dead line
menyelesaikan materi pada waktu tertentu dengan sekian banyak kemampuan yang harus
dikuasai oleh siswa. Alokasi waktu yang semestinya bisa dipakai oleh siswa untuk kegiatan
praktek penggunaan Bahasa Inggris juga harus dipakai untuk menyelesaikan materi atau
pemantapan materi yang telah ada. Prosentase ketakutan akan ketidaklulusan jauh melebihi
ketakutan akan ketidakmampuan siswa dalam menggunakan bahasa internasional ini dengan
baik.
Kenyataan di atas tentunya akan menjadi semacam tantangan bagi guru untuk bisa
mengkombinasikan tujuan utama pembelajarannya, yaitu sukses membuat siswa mampu
berbahasa Inggris juga sukses mengantarkan mereka lulus ujian nasional. Dari sisilah kita perlu
semacam terobosan proses pembelajaran. Siswa memerlukan sesuatu yang lebih dari sekedar
belajar secara konvensional. Materi-materi pembelajaranpun sudah waktunya diubah mendekati
kebutuhan-kebutuhan mereka serta pada dunia yang mendekati rona hidup para siswa tersebut.
Maka jadilah kurikulum terbaru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan seolah menjadi
jawaban atas kebutuhan ini. Materi Bahasa Inggris tidak lagi disusun secara tematik dimana
siswa dipakasa untuk mempelajari materi yang kadang terlampau jauh dari tingkat kebutuhan
mereka.
Dari kenyataan inilah, penulis merasa perlu untuk mencari upaya pembelajaran Bahasa
Inggris yang nantinya bertujuan untuk mencapai dua tujuan utama pengajaran seperti yang
disebutkan di atas. Sebagai pengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP, penulis melihat
adanya ketakutan banyak guru dalam menggunakan puisi sebagai materi ajar. Banyak guru yang
menghindari penggunaan jenis karya sastra yang satu ini dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa puisi oleh sebagian guru dianggap kurang relevan
di bandingkan dengan prosa semacam cerita pendek ataupun drama. Apalagi jika tujuan utama
dari pembelajaran adalah communicative competence, puisi akan semakin dipinggirkan (Maher,
1982: 17).
Puisi dianggap menakutkan sebagai bahan ajar telah terjadi dengan demikian kuatnya.
Burton Raffel sampai perlu untuk mengatakan poetry is not a frightening monster lurking in the
academic darkness, waiting to leap out and trap the poor, unsuspecting reader (Tedjasudhana,
1988:233). Dikatakan olehnya bahwa puisi bukanlah monster yang menakutkan yang hinggap
pada kegelapan akademis yang siap untuk menjebak orang-orang yang malang, dalam hal ini
adalah pembacanya.
Berdasarkan hal inilah penulis akan mencoba untuk memaparkan sebuah alternative
pengajaran dengan menggunakan puisi sebagai bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Cara ini nantinya akan semakin memperkaya kita dalam melakukan pengajaran di kelas
sehingga siswa juga akan merasakan atmosfer kelas yang berlainan. Dengan suasana kelas yang
berbeda kegiatan belajar mengajarpun akan semakin diminati siswa. Hal inilah yang nantinya
akan semakin mendorong kmita untuk menciptakan suasana fun learning yang semakin diminati
oleh pelajar dan pengajarnya.
Apakah Puisi Itu?
Anggapan bahwa puisi adalah materi yang sulit dipakai dalam pembelajaran Bahasa
Inggris mungkin karena banyak yang belum paham apa sebenarnya yang dimaksud dengan puisi
itu sendiri. Bahkan banyak juga yang salah mengartikannya.
Birk (1969:366) mengatakan poetry is rhythmic, melodic utterance which, through
human history, has expressed the deepest feeling of man
. Puisi adalah ungkapan yang ritmis
dari perasaan manusia yang paling dalam. Dalam seluruh sejarah manusia, puisi dikatakan
sebagai ungkapan yang paling alami, karena emosi-emosi yang terekam didalamnya cenderung
lebih ritmis. Isinyapun sangat natural seperti suara-suara anak dalam bermain, bahasa cinta, rasa
marah, sedih dan sebagainya.
Makna ini semakin diperjelas oleh Perrine sebagaimana yang ada pada buku
Tedjasudhana (1988:233). Dia mengatakan bahwa puisi menggunakan segala aspek kehidupan
sebagai bahan isinya. Fokus utamanya bukanlah keindahan, kebenaran filosofis, persuasi, tapi
pengalaman. Perrine juga mengatakan bahwa keindahan dan kebenaran filosofis adalah aspek
pengalaman, dan biasanya para penyair terikat dengannya. Sehingga pada dasarnya puisi
mempunyai focus yang sangat luas yaitu seluruh aspek pengalaman hidup. Hal ini berarti
meliputi keindahan dan keburukan, hal aneh maupun hal umum, hal yang nyata ataupun yang
fiksi dan sebagainya. Bahkan kematian dan rasa sakit yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan hal yang tidak menyenangkan , dalam puisi hal-hal tersebut bisa jadi akan berubah
sebaliknya.
Matthew Arnold juga senada dalam mengatakan bahwa puisi adalah tidak lebih dari
ungkapan manusia yang paling sempurna. Ungkapan ini adalah hal-hal yang mengandung
unghkapan tentang kebenaran (Birk, 1965: 367).
Jadi jelaslah bahwa puisi bukanlah milik kalangan tertentu saja tapi semua manusia
tergantung pada level pemahaman dimana dia berada, sebenarnya sudah terbiasa dengan
penggunaan puisi bahkan bisa dikategorikan sebagai penikmat puisi karena seluruh aspek hidup
merupakan unsur yang bisa diangkat dalam puisi.
Memahami Puisi
Anggapan bahwa puisi adalah a frightening monster sering kali dihubungkan dengan
kesulitan pembaca memahami sebuah puisi. Tidak jarang puisi dalam bahasa kita sendiri juga
terlalu sulit untuk dijelaskan maknanya. Oleh karena itu ada baiknya kita terlebih daluhu
mengetahui seberapa jauh tingkat kemampuan dalam memahami karya sastra yang satu ini. Hal
ini akan berguna nantinya pada saat kita akan menggunakannya dalam kegiatan di kelas. Siswa
akan terarahkan pada sisi yang kita harapkan.
Menurut Simanjuntak (1988: 118) ada empat (4) level dalam memahami bacaan termasuk
bacaan dalam bentuk puisi. Level-level tersebut adalah:
1. Level Literal (literal level)
Pada tahap ini pembaca perlu untuk menghasilkan kembali atau dengan kata lain
menceritakan kembali fakta-fakta yang telah ditulis oleh penulis dalam karyanya.
2. Level interpretative (interpretative level)
Level ini menuntut pembaca untuk melihat informasi dalam bacaan secara lebih jauh dan
mengetahui hubungan fakta-fakta yang ada atau membuat perbandingan-perbandingan
dan sebagainya.
3. Level Kritis (Critical Level)
Pembaca harus mampu mengevaluasi dan menilai informasi dengan mencatat bukti-bukti
yang ada dalam materi baca tersebut.
4. Level Kreatif (Creative Level)
Pada level ini memerlukan keterlibatan pembaca dengan informasi yang disajikan seperti
kemampuan mereka dalam menggunakan formula-formula atau untuk memikirkan
kembali ide-ide merka sendiri.
Dengan memahami level mana nantinya para siswa akan dibawa, guru akan mampu
mencapai tujuan yang telah direncanakan. Tentunya kita sebagai guru bisa melihat kemampuan
siswa kita sudah pada tahap apa, sehingga kita tidak akan mengharapkan kemampuan yang di
liar jangkauan para siswa kita.
Hal lain yang perlu kita ketahui dalam pemahaman puisi adalah bahwa puisi mempunyai
dua level makna. Makna tersebut adalah makna literal (literal meaning) dan makna simbolik
(symbolic meaning). Level pertama ini tentunya lebih mudah, karena makna puisi tidak jauh
beda dengan apa yang tertulis di dalamnya, sementara makna symbolis menuntut kemampuan
pembaca untuk melihat lebih jauh hal-hal yang terdapat pada puisi tersebut. Makna ini sering
kali tersembunyi (hidden) bahkan seringkali berbentuk perlambangan-perlambangan sehingga
pembaca harus mempunyai pengetahuan dasar yang melatarbelakangi karya sastra tersebut.
(Reaske, 1966: 9).
Sebenarnya memahami puisi itu sama halnya dengan bertanya. Tentunya pertanyaanpertanyaan
yang dikeluarkan haruslah tepat. Dalam hal ini tidak ada batasan-batasa dalam
memberikan pertanyaan. Reaske menyatakan bahwa jika kita ingin mengertahui banyak hal
tentang puisi, kita tidak hanya harus tahu dimana kita memulainya tapi juga harus tahu dimana
harus mengakhirinya. Seorang pembaca yang sukses bisa dilihat tidak hanya dari
kemampuannya menajamkan pemahamannya tetapi juga kemampuannya dalam mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan. (Reaske, 1966: 134).
Tetapi kita juga perlu tahu bahwa respon pembaca terhadap karya sastra dalam hal ini
puisi juga dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan, minat serta pola hidup (Rahman, 1981: 5).
Budi Darma juga pernah mengatakan bahwa pemahaman yang berbeda dalam membaca puisi
dikarenakan minat, selera, bakat dan juga kemampuan intelektual yang berbeda pula (1993: 12).
Dari fakta ini akan menyadarkan kita bahwa kita tidak bisa menyalahkan siswa yang tidak bisa
mendapatkan respon yang bagus dalam memahami bacaan. Kemungkinan-kemungkinan yang
ada mungkin karena dia tidak tertarik dengan puisi, masyarakat dimana dia hidup juga tidak
memberikan akses luas untuk tumbuhnya seni berpuisi. Mungkin juga mereka minatnya tidak
pada bidang ini, tetapi mempunyai kemampuan yang bagus pada bidang lain.
Memahami puisi berari juga merupakan upaya untuk mengapresiasi karya tersebut.
Proses ini tentunya bukan merupakan pekerjaan mudah jika kita melihatnya dari sudut tertentu
saja. Abdul Rahman (1981:19) membagi skope apresiasi menjadi tiga. Yaitu aspek kognitif,
aspek emosional dan aspek evaluatif.
Aspek kognitif meliputi pemahaman masalah teoritis, prinsip-prinsip intrinsic dasar yang
siknifikan dengan karya sastra tersebut. Indikator dari aspek ini adalah menemukan
danmmamahami masalah teoritis dan prinsip-prinsid dasar sebuah karya yang diantaranya adalah
sudut pandang, seting dan lainnya.
Pada aspek emosional, siswa bisa mempengaruhi nilai estetika dari sebuah karya sastra.
Sementara pada aspek evaluatif, kemampuan siswa meliputi pemberikan nilai dan apresiasi
terhadap nilai estetika yang siknifikan terhadap karya sastra tersebut.
Pengajaran Puisi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
Dalam banyak buku teks Bahasa Inggris yang dipakai di sekolah, penulis menemukan
fakta bahwa puisi sangat jarang ditemui di dalamya. Seandainya ditemukan dalam sebuah buku,
puisi tersebut dipakai sebaih materi tambahan atau just for fun activity. Sangat jarang ditemui
puisi dipergunakan sebagai bahan ajar utamanya.
Bila kita melihat kurikulum yang sedang dipakai sekarang yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), guru mempunyai banyak ruang untuk menggunakan puisi sebagai
bahan ajar. Jenis-jenis teks yang harus dipelajari pada tingkat SMP beberapa diantaranya juga
memungkinkannya. Diantara narrative text, descriptive text, recount text, report text dan
procedure text, memang kita tidak mungkin menggunakannya semua. Tapi paling tidak salah
satu jenisnya, yaitu descriptive text bisa kita manfaatkan.
Maher (1982:18) memaparkan bahwa puisi bisa kita maksimalkan untuk mengajarkan
keempat kemampuan berbahasa sekaligus. Pada kemampuan membaca (reading), puisi
memungkinkan siswa untuk melakukan pemahaman dengan isi yang ada, menginterpretasikan,
membuat teori-teori serta merasakannya. Hal ini disebabkan puisi adalah sumber yang efektif
dari makna structural dan leksikal. Seperti diketahui proses membaca adalah proses pemahaman.
Dan proses pemahaman dalam puisi bisa dikatakan sebagai bentuk analisa. Sementara itu,
menganalisa puisi berarti mengungkapkan sejumlah pertanyaan yang relevan. Jadi dengan proses
membaca puisi ini siswa dihadapkan pada proses yang sangat penting yaitu pemahaman dan
analisa sekaligus.
Pada kegiatan membaca, guru bisa memberikan pertanyaan-pertanyaan yang relevan
sehingga pada akhirnya siswa akan mendapatkan gagasan tentang puisi yang sedang mereka
pelajari. Pertanyaan yang diberikan haruslah disesuaikan dengan tujuan utama menggunakan
puisi tersebut dalam pengajaran. Apakah untuk mendapatkan informasi rinci yang tersedian di
dalammya ataukah menganalisanya sebagai bentuk karya sastra. Tujuan yang terakhir tersebut
tentunya bisa dikatakan terlalu demanding untuk siswa ditingkat lanjutan pertama. Jadi gurulah
yang nantinya menjadi penentu kearah mana kegiatan dibawa.
Kemampuan kedua yang bisa dilakukan dengan puisi adalah menulis (writing). Maher
menyadari bahwa menulis puisi apalagi dengan menggnakan bahasa asing (Bahasa Inggris) bisa
dianggap sebagai kegiatan yang terlalu tinggi bagi siswa. Hal ini karena kemampuan yang
dilibatkan meliputi kemampuan yang kompleks. Tapi bukan tidak mungkin dilakukan di kelas.
Kegiatan ini dianggap kegiatan yang menyenangkan dan dapat dilakukan oleh semuanya
termasuk siswa dengan kemampuan terbatas.
Kemampuan selanjutnya adalah berbicara dan menyimak (speaking and listening).
Sebuah puisi haruslah dibaca dengan keras, bukan dibaca dalam hati. Hal ini karena puisi adalah
salah satu bentuk seni verbal dan untuk memahaminya kadang kita harus melakukannya dengan
mengacu pada saat ditampilkan. Sehingga aliterasi, ritme, intonasi, asonansi serta jedah yang
digunakan dalam membaca puisi dapat membantu siswa mendapatkan kesan serta pemahaman
yang baik tentang pola ucapan yang benar dalam Bahasa Inggris. Pada konteks ini ketrampilan
menyimak dan berbicara bisa dilakukan secara bersamaan.
Bagaimana dengan pengajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan puisi sebagai bahan
ajarnya? Beberapa petunjuk yang dipaparkan oleh Simanjuntak (1988:21) tentang pengajaran
membaca (reading) pada konteks tertentu berikut akan memberikan ide bagi kita semua.
Diantara petunjuk itu diantaranya adalah:
Gunakan kosakata (vocabulary) dan konsep yang didapat dari area yang sesuai dengan
level siswa. Guru harus mampu membedakan antara drill dan latihan yang ditujukan
sebagai bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa Inggris sebagai basa asing (English as a
Foreign Language) ini.
Pertimbangakan apa yang seharusnya siswa kuasai pada akhir kegiatan belajar.
Persiapkan kerangka (outline) yang akan dilakukan di dalam kelas.
Teliti alur dan integritas materi secara bertahap.
Sediakan bermacam kegiatan kelas yang mungkin dilakukan.
Evaluasi rencana pembelajaran tersebut.
Dari petunjuk-petunjuk yang terpapar di atas, penulis ingin menggarisbawahi item
pertama, yaitu menggunakan kosakata yang sesuai dengan konsep dan level kemampuan siswa.
Hal inilah yang dirasakan paling penting serta memegang peranan dalam kesuksesas kita
menggunakan puisi sebagai bahan ajar. Guru haruslah sangat selektif memilih puisi sehingga
bahan ajar tidak akan terlalu tinggi ataupun sebaliknya.
Memang puisi adalah sebuah karya sastra yang identik dengan membaca. Padahal
membaca puisi berarti pemahaman itu sendiri. Jadi tidaklah heran bila penggunaan puisi dalam
pengajaran Bahasa Inggris lebih banyak diarahkan pada kemampuan membaca (reading).
Sehingga beberapa guideline yang terpampang di atas lebih terasa kemampuan membacanya.
Simanjuntak menambahkan,guru juga perlu menghindarai hal-hal berikut bila mengajar
di kelas (1988: 21). Hal-hal tersebut seperti mengharapkan siswa melakukan kegiatan dimana
meeka tidak dibekali dengan pengetahuan atau kemampuan pendukungnya. Bila kita melihat
saran ini, tentulah tahapan pembelajaran Bahasa Inggris pertama baik siklus lisan ataupun
siklus tulis yaitu building knowledge of the field tentulah mempunyai peranan yang sangat
menentukan. Kita bisa memaksimalkan apa yang seharusnya siswa ketahui dulu sebelum
melangkah pada tahap content seharusnya.
Hal kedua yang harus dihindari guru adalah mengasumsikan bahwa penampilan siswa
aka sempurna dan seperti penutur asli bahwa jika mereka telah dipersiapakan sebelumnya.
Tentunya tidaklah bijaksana kita mengharapkan hasil yang sempurna dalam kegiatan di dalam
kelas. Kemampuan siswa yang bervariasi serta daya tangkap pembelajaran yang berbeda-beda
pula akan mempengaruhi hal ini.
Guru juga harus menghindari cara memposisikan diri di luar ranah pembelajaran dengan
tidak menghubungkan aspek-aspek bahasa yang ada. Pembelajaran puisi memang salah satu
pembelajaran aspek sastra. Walaupun demikian kita tetaplah berada pada lingkup bahasa.
Apalagi dalam pembelajaran ini puisi adalah sarana atau bahan pembelajaran yang mungkin
hanya bagian yang teramat kecil dari materi-materi lain yang dipergunakan. Dengan kata lain
puisi bukanlah materi yang tiap hari dipilih dan digunakan guru dalam pembelakaran Bahasa
Inggris
.
Penutup
Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa menggunakan puisi di dalam kelas bukanlah hal
perlu dihindari lagi. Kita tentunya sangat menginginkan kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris di
dalam kelas bisa lebih berwarna dan bervariasi. Siswapun akan merasakan dampaknya kita kita
mampu melakukannya. Kemungkinan yang lain adalah bila ada diantara siswa kita yang
mempunyai minat dan bakat dalam sastra terutama puisi, tentunya minat mereka akan
mendapatkan perhatian. Hasilnya kemampuan mereka akan terarah dengan karena kita
memberikan bekal pengetahuan yang mendukung.
Adalah guru yang mempunyai kewenangan menciptakan suasana kelas yang kondusif
atau sebaliknya. Penggunaan puisi sebagai bahan ajar salah salah satu upaya untuk menciptakan
proses pembelajaran yang lebih bervariasi untuk siswa. Dengan cara ini diharapkan siswa akan
mampu mengembangkan ketrampilan berbahasa asingnya dengan lebih baik pula
Daftar Bacaan
Birk dan Birk. 1965. Understanding and Using English. New York: The Odyssey Press Inc.
Conomy, George. 1967. Enjoying Literature. Sidney: Whitcombe & Tombs PTY. Ltd
Darma, Budi. 1993. Perihal Studi Sastra, PRASASTI, nomor 9 tahun III Januari 1993, 1-13.
Surabaya: Unipress IKIP Surabaya.
Maher, John C. 1982. Poetry for Intstructional Purposes: Aunthenticity and Aspects of
Performance, FORUM, volume XX number 1 January 1982, 17-21
Rahman, Abdul. 1981. Kemampuan Apresiasi Sastra Murid SMA Jatim. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Reaske, C R. 1966. How to Analize Poetry. United States: Monarch Press
Sayuti, Suminto A. 1985. Puisi dan Pengajarannya (Sebuah Pengantar). Semarang: IKIP
Semarang Press
Simanjuntak, E G. 1988. Developing Reading Skill for EFL Students. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Tedjasudhana, L D. 1988. Developing Critical Reading Skill for Information and
Enjoyment. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan tenaga Kependidikan.