Saturday, July 12, 2008

Apakah Maoisme Itu?

penulis: Zang Shan


(Erabaru.or.id) Partai Komunis Nepal pada saat pemilu telah memperoleh suara mayoritas di dalam parlemen, dengan demikian telah menjadi sebuah “Partai penguasa” yang sesungguhnya. PKN (Partai Komunis Nepal) sebelumnya terkenal dengan pasukan gerilyanya, media luar negeri biasanya menyebut mereka sebagai “Gerilyawan Maois”. Media resmi Tiongkok juga menyebutnya demikian. Baru-baru ini setelah PKN menguasai pemerintah, media resmi pemerintahan PKC (Partai Komunis China) mulai ganti menyebut pimpinan PKN sebagai “Kamerad”, selain itu di belakang PKN ditambahi catatan “Maois”.

Apakah Maois itu?
Dahulu, setiap kali ada pimpinan partai komunis yang berkunjung ke Tiongkok, kadang-kadang sewaktu mengenalkan komunis dari negara yang bersangkutan biasanya diberi tanda kutip “ML (Marxis Leninis)” pada bagian belakangnya, ada pula yang tidak diberi titel seperti itu.

Perbedaan ini, sesungguhnya bukan terletak pada M (Marxis), melainkan pada L (Lenin). Karena banyak partai komunis mengakui Marx, tapi tidak mengakui Lenin. Misalnya sebagian besar partai komunis di negara-negara Eropa.

Perbedaan antara Lenin dan Marx, yaitu Lenin mengakui kaum proletariat harus dengan kekerasan merebut kekuasaan. Selain itu dilangsungkan di negara tertentu yang kekuasaan kapitalismenya lemah. Sedangkan Marx beranggapan, partai komunis seharusnya terlebih dahulu memperoleh kekuasaan di beberapa negara dengan kapitalismenya yang paling berkembang.

Trotsky yang dibunuh oleh pembunuh bayaran Stalin, juga seorang komunis yang teguh, tetapi dia tidak mengakui merebut kekuasaan dengan kekerasan dan kebrutalan “kediktatoran proletariat” yang dilaksanakan sesudah perebutan kekuasaan.

Itulah sebabnya, di dalam penjelasan tradisi Partai Komunis China, Marxisme yang non Leninis, biasanya disebut sebagai “Revisionis” yang bermakna Marxisme yang telah direvisi.

Mao Zedong (baca: Mao Cetung) adalah pewaris Leninisme. Kemenangan kaum Bolschewijk Soviet, adalah kerusuhan kaum pekerja di dalam kota-kota utama, sekaligus merebut kekuasaan.

Doktrin Mao berbeda, ia beranggapan di dalam negara dengan industri terbelakang, revolusi berdarah pertama kali harus dilakukan di wilayah pedesaan yang termiskin dan tertinggal, kemudian baru dengan metode pasukan gerilya mengepung kota, dan pada akhirnya merebut kota serta kekuasaan negara. Maka dari itu, paham Maoisme adalah perebutan kekuasaan dengan kekerasan dan desa mengepung kota.

Setelah usai perang dunia ke-2, yang memprovokasi penggunaan kekerasan komunisme dalam gerakan perebutan kekuasaan di seluruh dunia, terutama ialah Maoisme. Karena waktu itu negara dimana partai komunis bisa bangkit sebagian besarnya adalah negara miskin, bukannya negara industri dengan kota metropolitannya.

Maka dari itu partai komunis Asia Tenggara seperti Malaysia, Indonesia, Burma, Filipina, bahkan Vietnam, Kamboja dan lain-lain semuanya kelompok Maois. Sedangkan pasukan gerilya di sebagian negara Amerika Latin, juga kebanyakan kelompok Maois.

Partai Komunis Nepal termasuk salah satu dari Maois tersebut.
Nepal adalah negeri terkurung daratan, ekonominya tidak berkembang, selain itu kesenjangan sosialnya sangat parah. Itulah sebabnya petani wilayah pegunungan yang sangat miskin telah menjadi kekuatan pendukung utama pasukan gerilya Maois. Sebuah sebab penting lainnya ialah semua orang tahu tetapi tidak ada orang yang berani berbicara jelas bahwa PKC-lah pendukung di balik layar.

Maois pernah sukses di Kamboja dan Vietnam, dan menimbulkan bencana kemanusiaan yang amat sangat parah. Mao Zedong masih ada satu doktrin lagi yang penting yakni yang disebut teori “Revolusi berkelanjutan di bawah kediktatoran proletariat”.

Maksudnya ialah sesudah merebut kekuasaan, harus terus menerus berevolusi, melaksanakan diktator proletariat yang keras, ini adalah dasar teori pembantaian Khmer Merah dari Kamboja.

Partai Komunis Maois Nepal meskipun telah memperoleh kekuasaan politik, namun itu diperoleh berkat pemilu dan bukannya melalui perebutan kekuasan dengan kekerasan, sepertinya ada perbedaan dengan Mao Zedong-isme.

Akan tetapi yang lebih dikhawatirkan oleh semua pihak ialah apakah PKN bakal melaksanakan kediktatoran proletariat yang lebih bengis? Jikalau ya, maka Nepal tak urung akan terjerumus ke dalam kabut anyir darah. (Zang Shan /The Epoch Times/whs)

No comments: